2024-05-14 06:35:46
Menara Bank Woori Saudara (foto: Kompas)Pada awal tahun ini, sejumlah bank yang dimiliki oleh investor Korea Selatan mencatatkan penurunan kinerja laba. Tren penurunan meskipun minat investasi dari Negeri Ginseng terhadap industri perbankan di Indonesia masih tetap tinggi.
Dilansir oleh Finansial Bisnis, terdapat enam bank di Indonesia yang dimiliki oleh investor Korea Selatan, yaitu PT KB Bukopin Tbk. (BBKP), PT Bank IBK Indonesia Tbk. (AGRS), PT Bank Woori Saudara Indonesia 1906 Tbk. (SDRA), PT Bank Oke Indonesia Tbk. (DNAR), PT Bank KEB Hana Indonesia, dan PT Bank Shinhan Indonesia (14/05).
Bank KB Bukopin, yang telah berganti nama menjadi KB Bank, dikendalikan oleh korporasi keuangan asal Korea Selatan, KB Kookmin Bank Ltd, dengan porsi kepemilikan mencapai 67%. Selain itu, Woori Bank Korea menjadi pemegang saham pengendali SDRA dengan kepemilikan 90,78% saham. Sementara itu, OK Next Co. Ltd, yang sebelumnya bernama APRO Financial Co. Ltd, memiliki 89,73% saham Bank Oke Indonesia atau DNAR.
Pada awal tahun ini, beberapa bank yang dimiliki oleh korporasi Korea Selatan rata-rata mengalami penurunan kinerja laba. Bank Woori Saudara, misalnya, mencatatkan penurunan laba sebesar 24,13% year-on-year (yoy) menjadi Rp151,15 miliar pada kuartal I/2024. Bank KEB Hana mencatatkan laba sebesar Rp118,02 miliar pada kuartal I/2024, turun 16,13% yoy.
Bank IBK Indonesia juga mencatatkan penurunan laba bersih sebesar 17,65% yoy menjadi Rp45,91 miliar pada tiga bulan pertama 2024. Selain itu, Bank Oke mencatatkan laba bersih sebesar Rp4,3 miliar pada kuartal I/2024, turun 13,96% yoy dibandingkan laba bersih periode yang sama tahun sebelumnya yang mencapai Rp5 miliar.
Sementara itu, KB Bank belum melaporkan kinerja untuk kuartal I/2024. Namun, mengacu pada laporan bulanan hingga Februari 2024, KB Bank masih membukukan kerugian sebesar Rp666,42 miliar. Di sisi lain, Bank Shinhan Indonesia mencatatkan peningkatan laba bersih sebesar 13,13% yoy, dari Rp62,3 miliar pada kuartal I/2023 menjadi Rp70,48 miliar pada kuartal I/2024.
Meski mengalami berbagai penurunan laba, minat investasi dari Korea Selatan terhadap sektor perbankan di Indonesia masih tetap tinggi. Terbaru, perusahaan asuransi asal Korea Selatan, Hanwha Life, berencana mengakuisisi saham PT Bank Nationalnobu Tbk. (NOBU) atau Bank Nobu milik taipan James Riady.
Kedua pihak telah menandatangani perjanjian pembelian saham (stock purchase agreement/SPA) pada 3 Mei 2024. Hanwha Life akan mengakuisisi 40% saham Bank Nobu dari Lippo Group.
Menurut laporan dari The Korea Times, Hanwha Life mengakuisisi Bank Nobu dengan tujuan untuk berkembang lebih jauh menjadi pemain keuangan global yang besar. Hanwha Life akan memaksimalkan sinergi dengan mengintegrasikan kemampuan digital Hanwha dengan keahlian manajemen Lippo Group di bisnis perbankan.
Senior Faculty Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI), Amin Nurdin, mengatakan bahwa aksi korporasi seperti ini masih memiliki potensi besar untuk terjadi, mengingat Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mendorong konsolidasi perbankan.
Amin menambahkan, "Bisa saja modal inti yang kemudian naik lagi, agar jumlah bank semakin sedikit dan efisien. Penyederhanaan akan terus berlangsung." Selain itu, terdapat peluang dalam bidang digitalisasi. "Bank kecil jadi lahan untuk bikin bank digital. Daripada membuat entitas baru, lebih baik akuisisi," tambahnya.
Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK, Dian Ediana Rae, juga mengatakan bahwa secara umum, iklim investasi bagi investor luar negeri, termasuk dari Korea Selatan di sektor perbankan Indonesia tetap menarik meskipun ada dinamika dan persaingan yang kompetitif. "OJK secara berkala menerima berbagai permohonan izin dari investor asing, termasuk yang ingin memperkuat permodalan bank melalui rights issue," ujarnya dalam jawaban tertulis beberapa waktu lalu.
Sejumlah investor asing, termasuk dari Korea Selatan, aktif berinvestasi di sektor perbankan Indonesia dengan cara mempertebal modal melalui right issue. SDRA, misalnya, mendapatkan kucuran dana dari bank asal Korea Selatan, Woori Bank Korea, melalui right issue. SDRA telah menggelar penambahan modal dengan memberikan hak memesan efek terlebih dahulu (PMHMETD) IV atau right issue sebanyak-banyaknya 6,4 miliar lembar saham baru.
Industrial Bank of Korea yang mengendalikan AGRS juga telah menyuntikkan dana setoran modal senilai Rp1 triliun pada tahun lalu. Selain itu, BBKP juga mendapatkan suntikan modal sebesar Rp8,02 triliun dari pengendalinya, KB Kookmin Bank, pada tahun lalu. Suntikan modal ini menjadi bagian dari keterlibatan KB Kookmin Bank dalam aksi right issue BBKP sebanyak 119,99 miliar saham baru dengan total nilai transaksi mencapai Rp11,99 triliun.