Ingin Buka Rekening? Berikut 5 Bank Terbaik Milik Chairul Tanjung Beserta Kinerjanya pada 2024

2024-08-17 02:48:23

News Image Menara Bank Mega (foto: CNN Indonesia)

1. Bank Mega (MEGA)

PT Bank Mega Tbk. (MEGA) mencatat laba bersih sebesar Rp1,22 triliun pada semester I/2024, yang mengalami penurunan sebesar 37,67% secara tahunan (year on year/yoy) dibandingkan dengan laba bersih pada periode yang sama tahun sebelumnya yang mencapai Rp1,97 triliun.

Berdasarkan laporan keuangan, penurunan laba Bank Mega dipengaruhi oleh berkurangnya pendapatan bunga bersih (net interest income/NII) sebesar 8,08% yoy menjadi Rp2,69 triliun pada kuartal II/2024.

Margin bunga bersih MEGA juga turun sebesar 37 basis poin (bps) menjadi 4,98% per Juni 2024, dibandingkan dengan 5,35% pada periode yang sama tahun sebelumnya.

Selain itu, terjadi peningkatan pada Cadangan Kerugian Penurunan Nilai (CKPN), yang terlihat dari kenaikan impairment yang turut mengurangi laba perseroan. Impairment MEGA pada semester I/2024 tercatat sebesar Rp117 miliar, naik 35,46% yoy dari Rp86,81 miliar pada semester I/2023.

Beban operasional bank juga meningkat dari Rp495,98 miliar pada Juni 2023 menjadi Rp1,19 triliun pada Juni 2024, menyebabkan rasio biaya operasional terhadap pendapatan operasional (BOPO) naik dari 62,62% pada Juni 2023 menjadi 74,99% pada Juni 2024. Kenaikan rasio BOPO ini menunjukkan penurunan efisiensi perbankan dalam menjalankan operasinya.

Dalam hal intermediasi, Bank Mega telah menyalurkan kredit sebesar Rp64,11 triliun, turun 12,25% yoy. Aset bank juga turun dari Rp129,24 triliun menjadi Rp128,08 triliun.

Dari sisi pendanaan, Bank Mega menghimpun dana pihak ketiga (DPK) sebesar Rp89,48 triliun, turun 6,73% yoy. Namun, dana murah atau current account saving account (CASA) Bank Mega meningkat 28,36% yoy menjadi Rp30,96 triliun.

Corporate Secretary Bank Mega, Christiana M. Damanik, menyatakan bahwa persaingan tingkat suku bunga di pasar masih menjadi tantangan bagi bank, yang berdampak pada biaya dana atau cost of fund Bank pada semester I/2024.

Selain itu, kenaikan biaya operasional pada beberapa pos turut mempengaruhi kinerja Bank Mega per Juni 2024. "Ke depan, Bank Mega akan terus berupaya untuk memperbaiki dan meningkatkan kinerjanya," ujar Christiana sebagaimana dilansir dari Bisnis.com pekan lalu (8/8/2024).

Dalam hal pertumbuhan DPK, Christiana menambahkan bahwa perseroan akan lebih fokus pada peningkatan dana ritel, terutama CASA, untuk menekan biaya dana (CoF).

Upaya ini akan dilakukan dengan mengoptimalkan jaringan cabang dalam penghimpunan dana ritel serta melanjutkan program loyalty (Program Undian Meriah Bareng Mega) untuk meningkatkan tabungan.

Untuk peningkatan kredit, Bank Mega akan fokus pada pembiayaan sindikasi, pembiayaan bilateral, dan channel tidak langsung. "Dalam pembiayaan sindikasi, Bank Mega akan bekerjasama dengan bank-bank yang aktif dalam pembiayaan sindikasi," ungkapnya.

2. Allo Bank (BBHI)

PT Allo Bank Indonesia Tbk. (BBHI), bank digital milik Chairul Tanjung, melaporkan laba sebesar Rp200,59 miliar pada semester I/2024. Laba tersebut mengalami penurunan 7,24% dibandingkan dengan periode yang sama pada Juni 2023 yang tercatat sebesar Rp216,26 miliar.

Meskipun begitu, BBHI sebenarnya mencatat peningkatan pendapatan bunga bersih (NII) sebesar 7,46% yoy menjadi Rp528,61 miliar pada Juni 2024, dari Rp491,94 miliar pada Juni 2023.

Selain itu, bank juga mengalami peningkatan pendapatan berbasis komisi atau fee based income sebesar 115,36% yoy menjadi Rp10,77 miliar pada Juni 2024, dari Rp5 miliar pada tahun sebelumnya. Pendapatan lainnya juga meningkat tajam, tumbuh 333,31% yoy menjadi Rp66,34 miliar dari sebelumnya Rp15,31 miliar.

Namun, pada saat yang sama, kerugian akibat penurunan nilai aset keuangan (impairment) melonjak 84,09% yoy menjadi Rp30,99 miliar dari Rp16,83 miliar. Beberapa beban operasional juga mengalami kenaikan, seperti beban tenaga kerja yang meningkat 18,23% yoy menjadi Rp83,83 miliar, beban promosi yang naik 6,89% yoy menjadi Rp85,62 miliar, serta beban lainnya yang membengkak 41,31% yoy menjadi Rp144,83 miliar.

Total beban operasional lainnya juga naik, mencapai Rp268,36 miliar atau meningkat 26,2% yoy dari Rp212,64 miliar pada periode yang sama tahun sebelumnya. Kenaikan beban ini akhirnya menekan laba operasional BBHI, yang turun 6,82% yoy menjadi Rp260,25 miliar.

Indra Utoyo, Direktur Utama Allo Bank, menyatakan bahwa meskipun bisnis inti Allo Bank tetap solid dan pihaknya optimis terhadap kinerja tahun ini, biaya operasional mengalami kenaikan sebesar 24% yoy, dari Rp253 miliar menjadi Rp314 miliar. Sebagai bank umum berbasis digital, Allo Bank banyak berinvestasi dalam pengembangan Teknologi Informasi.

Indra menjelaskan bahwa pengembangan ini dilakukan untuk mendukung strategi pengembangan produk, layanan, serta peningkatan pengalaman dan keterlibatan pelanggan (Good Costs).

BBHI baru saja menyelesaikan pembangunan Data Center sebagai bagian dari infrastruktur TI yang baru, selain terus mengembangkan teknologi informasi lainnya.

Bank juga meningkatkan sistem keamanan digital secara komprehensif untuk mengantisipasi risiko kejahatan siber yang dapat memengaruhi pendapatan dan reputasi bank. Selain itu, mereka juga memperbaiki kualitas SDM untuk meningkatkan kompetensi dalam pengembangan layanan dan perlindungan data nasabah.

“Ke depan, kami akan terus memperkuat disiplin biaya dalam berbagai aspek operasional kami,” ujar Indra.

3. Bank Mega Syariah

PT Bank Mega Syariah melaporkan laba bersih sebesar Rp88,44 miliar pada semester I/2024, mengalami penurunan sebesar 36,01% secara tahunan dibandingkan dengan capaian tahun sebelumnya yang sebesar Rp138,21 miliar.

Menurut laporan keuangan perusahaan, penurunan laba ini disebabkan oleh berkurangnya pendapatan setelah distribusi bagi hasil sebesar 20,42% yoy, menjadi Rp301,87 miliar per Juni 2024, dibandingkan dengan Rp379,312 miliar pada periode yang sama tahun sebelumnya.

Jika dirinci, pendapatan dari penyaluran dana turun 6,46% yoy menjadi Rp574,15 miliar dari Rp613,78 miliar. Selain itu, bagi hasil untuk pemilik dana investasi juga mengalami peningkatan sebesar 16,13% yoy, menjadi Rp272,28 miliar. Net operation margin (NOM) Bank Mega Syariah juga mengalami penurunan, dari 2,06% pada Juni 2023 menjadi 1,44% pada Juni 2024.

Selain itu, pendapatan berbasis komisi Bank Mega Syariah menurun 4,08% yoy menjadi Rp17,68 miliar, dan pendapatan lainnya juga turun 4,61% yoy menjadi Rp22,03 miliar. Akibatnya, laba operasional semakin tertekan, dengan penurunan sebesar 36,56% yoy, menjadi Rp110,38 miliar pada Juni 2024 dari Rp173,99 miliar pada Juni 2023.

4. Bank Sulteng

PT Bank Pembangunan Daerah Sulawesi Tengah, atau Bank Sulteng, membukukan laba sebesar Rp132,33 miliar pada semester I/2024, mengalami penurunan sebesar 4,99% secara tahunan dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu yang mencapai Rp139,28 miliar. Berdasarkan laporan keuangan, sebenarnya pendapatan bunga bersih (NII) meningkat sebesar 5,01% yoy, menjadi Rp316,1 miliar per Juni 2024 dari Rp301,01 miliar pada Juni 2023.

Namun, pendapatan lainnya hanya mencapai Rp37,36 miliar, turun 30,81% yoy dibandingkan dengan Rp53,99 miliar pada periode yang sama tahun lalu. Selain itu, beban lainnya juga naik 19,25% yoy menjadi Rp101,45 miliar dari sebelumnya Rp85,08 miliar. 

Hal ini menyebabkan beban operasional selain bunga bersih membengkak sebesar 19,47% yoy menjadi Rp145,9 miliar, naik dari Rp122,13 miliar pada tahun sebelumnya. Akibatnya, laba operasional tertekan, turun sebesar 4,85% yoy menjadi Rp170,2 miliar, dibandingkan dengan Rp178,88 miliar pada periode yang sama tahun lalu.

5. Bank Sulutgo

PT Bank Pembangunan Daerah Sulawesi Utara Gorontalo atau Bank Sulutgo (BSG) membukukan laba sebesar Rp120,79 miliar pada semester pertama 2024.

Pencapaian ini menurun sebesar 16,87% yoy dibandingkan dengan Rp145,31 miliar pada semester I/2023. Berdasarkan laporan keuangan, pendapatan bunga bersih (NII) hanya mencatatkan sedikit peningkatan sebesar 0,11% yoy menjadi Rp620,81 miliar.

Selain itu, Bank Sulutgo juga mencatatkan peningkatan pendapatan berbasis komisi atau fee based income sebesar 37,54% yoy menjadi Rp52,29 miliar dari sebelumnya Rp38,02 miliar. Pendapatan lainnya juga meningkat sebesar 5,73% menjadi Rp68,73 miliar.

Namun, kerugian akibat penurunan nilai aset keuangan (impairment) melonjak 49,44% yoy menjadi Rp18,4 miliar dari Rp12,31 miliar pada periode yang sama tahun sebelumnya. Beberapa beban lainnya juga mengalami kenaikan, seperti beban tenaga kerja yang meningkat 10,84% yoy menjadi Rp369,3 miliar, serta beban lainnya yang naik 8,38% yoy menjadi Rp196,86 miliar.

Rasio Anak Usaha Milik Chairul Tanjung

Di antara kalangan Bank Pembangunan Daerah (BPD), Bank Sulutgo dan Bank Sulteng masih mencatat tingkat pengembalian ekuitas (return on equity/ROE) tertinggi pada semester I/2024 dibandingkan dengan ketiga bank milik Chairul Tanjung lainnya.

Sebagai contoh, Bank Sulteng mencatatkan ROE sebesar 19,11% per Juni 2024, meskipun turun 242 basis poin (bps) dari 21,53% pada Juni 2023, namun angka ini masih menjadi yang tertinggi. Bank Sulutgo mengikuti dengan ROE sebesar 14,22%, turun dari 17,28% sebelumnya.

Sementara itu, ROE Bank MEGA turun ke 13,12% per Juni 2024 dari 20,12% pada Juni 2023. Meskipun mengalami penurunan sebesar 700 bps, ROE ini masih menempati posisi ketiga tertinggi.

Sebagai informasi, semakin tinggi nilai ROE, semakin baik kinerja bank dalam menghasilkan laba bersih. Rasio ini menunjukkan seberapa besar keuntungan yang dihasilkan oleh bank dari setiap investasi yang dilakukan oleh pemegang sahamnya.

Setelah Bank Mega, Bank Mega Syariah menempati posisi keempat dengan ROE tertinggi, yaitu 6,93% per Juni 2024, turun dari 11,65% pada Juni 2023. Posisi Bank Mega Syariah diikuti oleh Allo Bank, yang mencatatkan ROE sebesar 5,93%, turun dari 6,65% sebelumnya.

Baca Juga

Semua Berita