Bank Mayapada Bukukan Laba Rp24,41 Miliar di Semester-I/2024, Turun 52,74%

2024-08-08 09:35:07

News Image Kantor Bank Mayapada (foto: Katadata)

PT Bank Mayapada Internasional Tbk. (MAYA), yang dimiliki oleh konglomerat Dato' Sri Tahir, mencatat laba bersih sebesar Rp24,41 miliar pada semester pertama tahun 2024.

Angka ini mengalami penurunan sebesar 52,74% dibandingkan dengan laba bersih pada periode yang sama tahun sebelumnya yang mencapai Rp51,67 miliar.

Meskipun pendapatan bunga bersih (net interest income/NII) Bank Mayapada mengalami peningkatan sebesar 27,54% secara tahunan (YoY) menjadi Rp1,08 triliun per Juni 2024, bank ini juga menghadapi sejumlah tantangan finansial.

Salah satu faktor utama yang mempengaruhi kinerja keuangan Bank Mayapada adalah kerugian penurunan nilai aset keuangan (impairment) sebesar Rp17,59 miliar dalam enam bulan pertama tahun ini.

Selain itu, pendapatan berbasis komisi atau fee based income juga menurun sebesar 12,71% (YoY) menjadi Rp5,28 miliar dari Rp6,05 miliar pada periode yang sama tahun lalu.

Pendapatan lainnya mengalami penyusutan signifikan sebesar 65,11% (YoY) menjadi Rp46,28 miliar, jauh lebih rendah dibandingkan dengan Rp132,65 miliar sebelumnya.

Beban operasional Bank Mayapada meningkat sebesar 34,35% (YoY) menjadi Rp1,05 triliun dari sebelumnya Rp784,84 miliar. Hal ini menyebabkan laba operasional bank tertekan hingga 57,07% (YoY), hanya mencapai Rp27,13 miliar dari Rp63,19 miliar pada periode yang sama tahun lalu.

Rasio beban operasional terhadap pendapatan operasional (BOPO) juga meningkat menjadi 99,46% per Juni 2024 dari 98,61% per Juni 2023, menunjukkan penurunan efisiensi operasional bank.

Penurunan Profitabilitas

Dari segi profitabilitas, Bank Mayapada juga mengalami penurunan. Rasio pengembalian aset (return on asset/ROA) turun menjadi 0,04% dari 0,09%, sedangkan tingkat pengembalian ekuitas (return on equity/ROE) turun menjadi 0,36% pada Juni 2024 dari 0,84% pada Juni 2023. Penurunan ini mencerminkan tantangan yang dihadapi bank dalam mengoptimalkan penggunaan aset dan ekuitasnya untuk menghasilkan keuntungan.

Meskipun demikian, dari sisi intermediasi, Bank Mayapada mencatatkan pertumbuhan kredit sebesar 6,09% (YoY) menjadi Rp106,59 triliun dibandingkan dengan Rp100,47 triliun pada periode yang sama tahun sebelumnya.

Sejalan dengan pertumbuhan kredit tersebut, total aset bank juga meningkat sebesar 8,45% (YoY) menjadi Rp148,31 triliun dari Rp136,75 triliun. Kenaikan kredit ini juga disertai dengan perbaikan rasio kredit bermasalah (NPL), di mana NPL gross turun 20 basis poin (bps) menjadi 3,66% dari 3,86%, dan NPL net turun menjadi 2,8% dari 3,03%.

Dari segi pendanaan, Bank Mayapada berhasil menghimpun dana pihak ketiga sebesar Rp122,83 triliun, naik 7,76% (YoY) dari Rp113,99 triliun pada periode yang sama tahun sebelumnya.

Dana murah atau CASA (Current Account Saving Account) juga tumbuh sebesar 6,7% menjadi Rp16,37 triliun, mencerminkan peningkatan dalam upaya bank untuk mengoptimalkan sumber dana yang lebih murah dan stabil.

Secara keseluruhan, meskipun Bank Mayapada berhasil mencatat peningkatan pendapatan bunga bersih dan pertumbuhan kredit, tantangan signifikan dalam bentuk peningkatan beban operasional, penurunan pendapatan berbasis komisi dan pendapatan lainnya, serta kerugian penurunan nilai aset keuangan telah mempengaruhi profitabilitas bank secara keseluruhan.

Rasio efisiensi operasional yang meningkat juga menunjukkan bahwa bank perlu mengambil langkah-langkah strategis untuk meningkatkan efisiensi dan profitabilitas dalam jangka panjang.

Untuk menghadapi tantangan tersebut, Bank Mayapada perlu memperkuat strategi manajemen risiko dan meningkatkan efisiensi operasional. Penggunaan teknologi untuk otomatisasi proses dan pengelolaan biaya dapat menjadi salah satu solusi untuk mengurangi beban operasional yang tinggi.

Selain itu, bank juga perlu fokus pada diversifikasi pendapatan dengan memperluas layanan perbankan digital dan produk keuangan inovatif lainnya yang dapat menarik lebih banyak nasabah serta meningkatkan fee based income.

Peningkatan kualitas kredit melalui pengelolaan portofolio kredit yang lebih ketat dan mitigasi risiko kredit juga penting untuk memastikan stabilitas dan pertumbuhan jangka panjang.

Baca Juga

Semua Berita