Tak Hanya Konflik Timteng, Berikut Penyebab Rupiah Lesu Menurut Bos BCA

2024-04-23 00:09:54

News Image Jahja Setiaatmadja

Jahja Setiaatmadja, Presiden Direktur PT Bank Central Asia Tbk. atau BCA (BBCA), menjelaskan bahwa pelemahan nilai tukar rupiah hingga mencapai level Rp16.000 per dolar AS disebabkan oleh beberapa faktor, bukan hanya konflik di Timur Tengah. Dia menyatakan bahwa kebutuhan akan dolar AS yang tinggi selama kuartal I/2024, terutama karena masa Lebaran dan liburan, turut memperkuat mata uang tersebut. Contohnya, banyak pelaku bisnis yang memerlukan dolar untuk keperluan impor menjelang perayaan Idulfitri 2024, serta masyarakat yang bepergian ke luar negeri untuk berbelanja atau berlibur, yang membutuhkan dolar AS.

 

Selain itu, Jahja mencatat bahwa sejumlah perusahaan besar membagikan dividen kepada para pemegang sahamnya, dan sebagian dari dividen tersebut mengalir ke luar negeri. Hal ini juga berkontribusi pada peningkatan kebutuhan akan dolar AS di pasar. Selain faktor tersebut, terdapat indikasi pengurangan investasi asing dalam instrumen surat berharga negara (SBN) dan saham, yang juga meningkatkan permintaan terhadap dolar AS. Akibatnya, nilai tukar rupiah terpaksa melampaui level Rp16.000 sebagai respons terhadap meningkatnya permintaan dolar.

 

Jahja juga menganalisis bahwa meskipun harga emas sempat melonjak, namun kemudian mengalami koreksi atau penurunan. Hal ini menunjukkan bahwa faktor-faktor lain juga memengaruhi pergerakan harga emas, dan tidak semua kenaikan harga berkaitan dengan situasi di Timur Tengah. Data dari Bloomberg menunjukkan bahwa meskipun rupiah menguat sebesar 0,26% menjadi Rp16.217 per dolar AS pada awal pekan tersebut, rupiah telah mencatatkan tren pelemahan sejak awal tahun 2024, dimulai dari level Rp15.390 per dolar AS pada 2 Januari 2024.

Baca Juga

Semua Berita