Upaya Bank Besar Melawan Paylater dengan Kartu Kredit

2024-07-24 02:26:17

News Image Menara BCA di Malam Hari (foto: Samalona Property)

Di tengah tren penggunaan paylater, beberapa bank terus mendongkrak bisnis kartu kreditnya. Bank-bank besar pun juga tidak mau ketinggalan. Bulan lalu, PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BBRI) meluncurkan produk Co-Branding Kartu Kredit BRI-Samsung. Produk ini diproyeksikan bisa mendorong transaksi tumbuh dobel digit dengan pengguna tembus 100.000.

Card, Digital Lending & Asset Product Development Division Head BRI, Dewi Andjarsari, mengatakan transaksi kartu kredit BRI hingga pertengahan tahun tumbuh 30%, jauh di atas industri yang hanya 12%-15%. Menurutnya, hal ini didorong oleh daya beli masyarakat yang kian membaik.

Bank besar lainnya, PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. (BMRI), menargetkan pertumbuhan kartu kredit mencapai dobel digit, yakni 25% hingga akhir 2024. SVP Credit Cards Group Bank Mandiri, Erin Young, menilai bisnis kartu kredit masih potensial bagi perbankan, bahkan Bank Mandiri terus berinovasi dengan mengikuti kebutuhan nasabah.

Saat ini, volume penjualan kartu kredit di Bank Mandiri sudah bertumbuh di atas 20%. Hingga April 2024, jumlah pengguna kartu kredit Bank Mandiri mencapai dua juta nasabah dengan baki debet tumbuh 18%.

Erin mengatakan bahwa gaya hidup menjadi pendorong utama pertumbuhan penggunaan kartu kredit, terutama dari transaksi restoran, travelling, hotel, dan perjalanan. Untuk meningkatkan pertumbuhan bisnis kartu kredit hingga akhir 2024, Bank Mandiri melakukan kolaborasi dengan menyajikan berbagai program menarik di rangkaian Mandiri JCB Precious Festival 2024.

Namun, bisnis kartu kredit dihadapkan pada persaingan dengan layanan paylater. Menurut pengamat perbankan dari Binus University, Doddy Ariefianto, bisnis kartu kredit masih potensial bagi perbankan, terlihat dari bagaimana penerbit kartu kredit berlomba menjalankan strategi mengikuti kebutuhan nasabah.

“Meningkatnya kebutuhan kartu kredit seiring tren belanja online, transportasi online, hingga digitalisasi perbankan yang menghubungkan kartu kredit dengan gaya hidup belanja online berbasis QRIS,” katanya.

Secara industri, mengacu pada statistik sistem pembayaran dan infrastruktur pasar keuangan (SPIP) Bank Indonesia (BI), nilai transaksi kartu kredit tumbuh 5,09% secara tahunan (yoy) menjadi Rp36,12 triliun pada Maret 2024.

Jumlah transaksi kartu kredit juga naik 14,13% yoy menjadi 36,73 juta transaksi. Jumlah kartu kredit yang beredar mencapai 18,13 juta unit pada Maret 2024, naik 4,31% yoy dibandingkan Maret 2023 yang sebanyak 17,38 juta unit.

Namun, bisnis kartu kredit dihadapkan pada persaingan dengan layanan paylater yang tumbuh lebih pesat. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat outstanding piutang pembiayaan paylater mencapai Rp6,13 triliun per Maret 2024, meningkat 23,90% yoy.

Menurut Senior Faculty Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI), Amin Nurdin, paylater memang menjadi pesaing berat kartu kredit, termasuk yang juga dirilis oleh perbankan.

Awalnya, bisnis paylater dikembangkan oleh platform digital seperti Kredivo, GoPay, ShopeePay, hingga Traveloka. Namun, kini bank-bank pun memilih untuk menyertakan layanan tersebut di platform digital mereka.

PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) misalnya telah meluncurkan produk paylater di mobile banking-nya, Paylater BCA, pada September 2023. Bank Mandiri juga meluncurkan fitur paylater pada akhir tahun lalu di platform digital Livin' by Mandiri.

PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. (BBTN) dan PT Bank CIMB Niaga Tbk (BNGA) pun berencana mengembangkan fitur paylater di platform digital mereka.

Amin berpendapat bahwa bisnis kartu kredit akan semakin tertinggal karena paylater menawarkan berbagai keunggulan yang tidak dimiliki oleh kartu kredit, seperti risiko keamanan yang lebih ter mitigasi, pencairan dalam waktu singkat, hingga limit yang besar.

"Produk kerja sama [kartu kredit] juga sekarang lebih banyak di e-commerce. Padahal, risiko cukup besar apabila kita membagi nomor kartu kredit dan CVV di jaringan internet, dibanding paylater yang secara risiko lebih rendah, prosesnya sederhana, tidak berbelit-belit, serta efisien," ujarnya.

Baca Juga

Semua Berita