2024-07-19 06:36:49
Aplikasi Livin' Mandiri yang Menampilkan Layanan Livin' Paylater (foto: Infobanknews)Di tengah tren digitalisasi transaksi keuangan, metode pembayaran baru seperti "buy now pay later" atau "paylater" semakin berkembang.
Pada awalnya, industri paylater didominasi oleh perusahaan nonbank dan dianggap mampu mengurangi penggunaan kartu kredit yang dikeluarkan oleh bank. Seiring waktu, transaksi paylater mengalami pertumbuhan yang signifikan, bahkan melampaui transaksi kartu kredit dalam hal pertumbuhan, meskipun secara nominal masih jauh lebih kecil.
Menurut Statistik Sistem Pembayaran dan Infrastruktur Pasar Keuangan (SPIP) Bank Indonesia (BI), nilai transaksi kartu kredit tumbuh sebesar 5,09% secara tahunan (year-on-year/yoy) menjadi Rp36,12 triliun pada Maret 2024.
Jumlah transaksi kartu kredit juga meningkat 14,13% yoy menjadi 36,73 juta transaksi dengan jumlah kartu kredit yang beredar mencapai 18,13 juta unit, naik 4,31% yoy dari 17,38 juta unit.
Di sisi lain, bisnis paylater tumbuh lebih cepat lagi. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat outstanding piutang pembiayaan paylater mencapai Rp6,13 triliun per Maret 2024, meningkat 23,90% yoy.
Kini, beberapa bank besar seperti BCA dan Bank Mandiri telah memasuki bisnis paylater, sedangkan BNI dan CIMB Niaga berencana meluncurkan layanan serupa dalam waktu dekat. Bagi bank, masuk ke bisnis paylater merupakan strategi untuk meningkatkan pangsa pasar dan memenuhi kebutuhan nasabah muda yang aktif menggunakan platform digital.
Bank Mandiri melaporkan bahwa sejak diluncurkan, layanan Livin’ Paylater mendapatkan respons positif dari nasabah. Dilansir dari Bisnis.com pada Jumat (19/7/2024), Corporate Secretary Bank Mandiri, Teuku Ali Usman, menyatakan bahwa hingga akhir Mei 2024, jumlah pengguna Livin’ Paylater meningkat dua kali lipat dibandingkan akhir 2023.
Volume transaksi pada periode yang sama juga mencatat pertumbuhan lebih dari 81% dibandingkan dengan posisi Desember 2023. Ali menjelaskan bahwa pencapaian ini tidak lepas dari berbagai strategi dan inovasi, termasuk program promosi dengan penawaran menarik di berbagai merchant pilihan.
Bank Mandiri juga mengembangkan fitur pembayaran yang lebih variatif, seperti pembayaran melalui Virtual Account (VA) di merchant e-commerce.
BCA juga mencatatkan kinerja positif dalam bisnis paylater. EVP Corporate Communication & Social Responsibility BCA, Hera F. Haryn, menyatakan bahwa pertumbuhan pengguna Paylater mencapai 108% dan outstanding meningkat 94% per Mei 2024.
Hera menekankan bahwa inovasi produk terus dilakukan untuk menyesuaikan dengan kebutuhan pasar. Setiap inovasi biasanya melalui tahap pilot project untuk memastikan keamanan dan relevansi produk.
Menurut Trioksa Siahaan, Senior Vice President Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI), dengan semakin banyaknya bank yang masuk ke bisnis paylater, potensi untuk menggantikan kartu kredit semakin besar.
Persaingan bisnis paylater akan semakin ketat dengan masuknya bank-bank besar, dan perlindungan konsumen sangat diperlukan mengingat belum adanya regulasi khusus terkait paylater. Trioksa menyarankan bahwa aturan khusus paylater idealnya mengawasi agar konsumen terlindungi dan bisnis paylater berjalan normal.
Nailul Huda, Ekonom dari Center of Economic and Law Studies (Celios), melihat bahwa pembiayaan melalui kartu kredit kemungkinan akan semakin ditinggalkan. Menurutnya, konsumsi masyarakat ke depan akan didorong oleh konsumsi leisure yang terus meningkat, seperti gadget, hotelling, dan transportasi.
Dengan pertumbuhan konsumsi leisure yang lebih cepat dibandingkan konsumsi nonleisure, penggunaan paylater yang terhubung dengan layanan digital akan semakin diminati, terutama oleh generasi Milenial dan Z.
Sementara itu, Bank Danamon (BDMN) tetap optimistis terhadap bisnis kartu kredit. Bank ini menargetkan pertumbuhan bisnis kartu kredit sebesar 15% hingga 20% pada tahun ini, setelah mengakuisisi portofolio Standard Chartered Bank Indonesia (SCBI).
Consumer Lending Business Head of Bank Danamon, Enriko Sutarto, menyatakan bahwa perseroan akan memanfaatkan berbagai fitur andalan di kartu kredit serta ekosistem pemegang saham pengendalinya dari Jepang, Mitsubishi UFJ Financial Group Inc. (MUFG), untuk mencapai target pertumbuhan tersebut.
Dengan berbagai inovasi dan strategi yang dilakukan oleh bank-bank besar, baik paylater maupun kartu kredit memiliki peluang untuk terus tumbuh dan memenuhi kebutuhan nasabah di era digital ini.