Sah! RDG Bank Indonesia Juli 2024 Tetapkan Suku Bunga di Level 6,25%

2024-07-18 01:16:09

News Image Rapat Dewan Gubernur BI 17 Juli 2024 (foto: Tirto.id)

Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia (RDG BI) periode Juli 2024 memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuan BI Rate sebesar 6,25%. Keputusan ini sejalan dengan kebijakan pada bulan sebelumnya, setelah sebelumnya mengalami kenaikan menjadi 6,25% sejak April 2024.

Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo, dalam konferensi pers setelah RDG pada Rabu (17/7/2024), menyatakan bahwa keputusan tersebut diambil berdasarkan pertimbangan kondisi eksternal dan data domestik, yang didukung oleh konsumsi dan investasi.

Perry menjelaskan bahwa peningkatan stimulus dan kinerja ekspor juga berkontribusi pada perbaikan ekonomi. Hal ini mendukung keyakinan Bank Indonesia bahwa pertumbuhan ekonomi akan tetap berada di kisaran 4,7% hingga 5,5%. Namun demikian, defisit neraca pembayaran diperkirakan masih akan terjadi pada triwulan II/2024, meskipun dalam posisi yang rendah.

Keputusan untuk mempertahankan suku bunga BI Rate ini sesuai dengan prediksi para pengamat ekonomi. Kepala Ekonom Bank Permata, Josua Pardede, sebelumnya telah memproyeksikan bahwa level suku bunga 6,25% akan tetap dipertahankan, mengingat adanya ketidakpastian global dan inflasi domestik yang terkendali.

"Bank Indonesia diperkirakan akan kembali mempertahankan BI Rate di level 6,25% mengingat ketidakpastian global dan domestik yang masih berlangsung, meskipun indikator ekonomi Amerika Serikat menunjukkan pelemahan," ungkap Josua.

Tanggapan Pengusaha

Dalam kesempatan terpisah, Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) telah menyampaikan permintaan kepada pemerintah untuk mengendalikan volatilitas nilai tukar rupiah dan meminta Bank Indonesia agar tidak menaikkan suku bunga dalam RDG kali ini.

Dilansir dari Bisnis.com pada Kamis (18/7/2024), Ketua Umum Apindo, Shinta Kamdani, mengungkapkan bahwa meski nilai tukar rupiah saat ini berada di kisaran Rp16.200 per dolar Amerika Serikat (AS), Apindo tetap mengapresiasi upaya para pembuat kebijakan dalam mengendalikan nilai tukar rupiah. Nilai tukar rupiah saat ini jauh di atas estimasi dalam APBN 2024 sebesar Rp15.000.

"Yang penting bukan hanya tingginya, tapi juga agar tidak ada volatilitas yang bisa mengganggu," ujar Shinta pada Selasa (16/7/2024). Shinta menjelaskan bahwa pergerakan nilai tukar rupiah saat ini banyak dipengaruhi oleh faktor eksternal, terutama kebijakan moneter dari bank sentral AS.

Namun, dia tetap meminta kepada pemerintah dan Bank Indonesia untuk dapat mengendalikan dan mendorong nilai tukar rupiah kembali ke level di bawah Rp16.000 per dolar AS. "Memang kita harus menjaga nilai tukar rupiah di bawah Rp16.000 per dolar AS, itu tentu saja akan lebih baik," tambahnya.

Shinta juga berharap agar Bank Indonesia tidak menaikkan suku bunga acuan atau BI Rate pada RDG Juli ini. "Kalau bisa, jangan dinaikkan BI Rate lagi dengan kondisi yang seperti ini," katanya.

Dia menambahkan bahwa situasi global saat ini memang tidak mudah bagi para pembuat kebijakan, dan intervensi memang diperlukan untuk mendukung stabilitas rupiah. Namun, dia mengharapkan suku bunga acuan tetap pada level 6,25% bulan ini.

Keputusan RDG BI untuk mempertahankan suku bunga acuan sebesar 6,25% ini menunjukkan upaya Bank Indonesia dalam menyeimbangkan antara mendukung pertumbuhan ekonomi dan menjaga stabilitas makroekonomi di tengah tantangan global dan domestik yang ada.

Bank Indonesia tetap fokus pada stabilitas harga dan nilai tukar, sambil mendukung pertumbuhan ekonomi melalui kebijakan moneter yang hati-hati dan responsif terhadap perkembangan ekonomi terkini.

Bank Indonesia juga menegaskan komitmennya untuk terus memantau dan merespons dinamika ekonomi global dan domestik secara cermat.

Perry menyebutkan bahwa pihaknya akan terus memperkuat koordinasi dengan pemerintah dan otoritas terkait untuk memastikan kebijakan yang diambil dapat mendukung stabilitas ekonomi dan mendorong pertumbuhan yang berkelanjutan.

Ia menekankan pentingnya sinergi kebijakan fiskal dan moneter dalam menghadapi tantangan global, serta memastikan bahwa kebijakan yang diterapkan dapat memberikan manfaat optimal bagi perekonomian Indonesia.

Baca Juga

Semua Berita