2024-07-16 02:25:15
Ilustrasi Kecerdasan Buatan di Bank (foto: PixelPlex)Perkembangan teknologi kecerdasan buatan (AI) telah memberikan dampak signifikan pada berbagai industri, termasuk sektor perbankan. Namun, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengingatkan adanya sejumlah risiko dari penerapan AI di industri ini.
Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK, Dian Ediana Rae, menyebutkan bahwa AI telah dimanfaatkan oleh perbankan dalam berbagai bidang, seperti otomatisasi pekerjaan melalui chatbot atau voice assistant, pemrosesan dokumen, pemantauan transaksi, pendeteksian kecurangan dan pencucian uang, serta mesin keputusan untuk membantu proses credit scoring.
Penggunaan AI ini telah meningkatkan efisiensi operasional bank melalui otomatisasi pekerjaan.
"Namun demikian, potensi penyalahgunaan AI yang dapat merugikan konsumen bank cukup tinggi," ujar Dian dalam pernyataan tertulis pada Senin (15/7/2024). Beberapa risiko AI yang diidentifikasi antara lain bias algoritma, deepfakes, dan kemampuan membuat keputusan secara mandiri.
Meskipun AI membawa banyak manfaat, Dian menekankan pentingnya memahami mekanisme kerja AI agar dapat dimanfaatkan secara optimal dengan tetap mengantisipasi risiko yang mungkin timbul.
"Kepentingan nasabah atau konsumen harus diperhatikan dengan seksama," tutur Dian. Menurutnya, OJK telah menerbitkan Blueprint Transformasi Digital yang mendorong penggunaan teknologi seperti AI dalam perbankan.
Dalam kerangka Blueprint ini, bank diharapkan untuk melakukan tata kelola dan manajemen risiko TI yang baik dalam proses adopsi teknologi tersebut. OJK juga telah mengeluarkan Peraturan OJK (POJK) No.11/2022 tentang Penyelenggaraan Teknologi Informasi Oleh Bank Umum dan POJK No.21/2023 tentang Layanan Digital oleh Bank Umum.
Peraturan ini mengatur agar bank mengadopsi teknologi secara bertanggung jawab.
Untuk memastikan penerapan AI oleh perbankan dilakukan dengan adil, transparan, dan mematuhi nilai-nilai etika, OJK sedang menyusun panduan tata kelola AI untuk perbankan.
Penerapan AI yang semakin masif juga didukung oleh riset perusahaan teknologi IBM yang menemukan bahwa 38% perusahaan secara aktif menggunakan AI generatif. Selain itu, satu dari lima perusahaan mengaku hanya memiliki karyawan yang mampu mengoperasikan AI.
Di sektor keuangan, sekitar 50% perusahaan telah menggunakan AI untuk mengatasi kekurangan tenaga kerja, mengurangi tugas manual atau berulang, serta mengotomatisasikan jawaban.
Laporan McKinsey & Company bertajuk "Membangun AI Perbankan Masa Depan" mengungkap bahwa banyak lembaga keuangan, termasuk bank, memanfaatkan AI untuk mempercepat proses persetujuan pinjaman, otentikasi biometrik, dan asisten virtual.
Bank memerlukan kemampuan AI dan analitik yang mampu memberikan solusi personalisasi dan pengalaman unik secara real time. Seiring dengan meningkatnya transaksi digital oleh pelanggan, ekspektasi mereka terhadap layanan perbankan juga meningkat.
"Untuk bersaing dan berkembang dalam lingkungan yang menantang, bank perlu membangun proposisi nilai baru yang didasarkan pada kemampuan AI dan analitik terdepan," tulis laporan tersebut. PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. (BMRI), salah satu bank besar di Indonesia, turut mengembangkan AI dalam rangka transformasi digitalnya.
Direktur Utama Bank Mandiri, Darmawan Junaidi, menyatakan bahwa bisnis yang didukung teknologi digital semakin besar. "Digital menjadi fokus untuk memperkuat lapangan dan kami secara serius mengembangkan teknologi," ujarnya dalam konferensi pers Mandiri Investment Forum (MIF) 2024 pada Maret lalu (5/3/2024) di Jakarta.
Menurut Darmawan, AI membantu pekerjaan masif yang selama ini dilakukan secara manual oleh manusia. Banyak pekerjaan dalam jumlah besar kini dapat disimplifikasi oleh teknologi. "Sehingga, pekerjaan yang biasanya dilakukan oleh manusia kini diambil alih oleh teknologi," ujarnya.
Namun, dia memastikan bahwa fungsi AI di Bank Mandiri tidak mengesampingkan tenaga kerja yang sudah ada. Tenaga kerja yang pekerjaannya digantikan oleh AI akan dipindah ke posisi lain.
PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. (BBNI) juga mengembangkan teknologi AI dengan menjalin kemitraan bersama V2 Indonesia tahun lalu. Dalam kemitraan ini, BNI meluncurkan proyek teknologi Augmented Reality (AR) dan Virtual Reality (VR) dengan Metahuman berbasis AI yang diimplementasikan di setiap outlet super dan flagship bisnis BNI.
Sementara itu, PT Bank Amar Indonesia Tbk (AMAR) fokus pada strategi mengoptimalkan AI untuk meningkatkan kinerja bisnisnya. Presiden Direktur Bank Amar Indonesia, Vishal Tulsian, menjelaskan bahwa melalui AI dan machine learning, Bank Amar mampu menawarkan solusi inovatif yang sesuai dengan kebutuhan konsumen.
"AI dan machine learning membantu meningkatkan rasio dana murah (CASA) pada aplikasi kami, memberikan fitur perencanaan keuangan yang berguna, terutama bagi anak muda," jelasnya.