Kredit Menganggur di Bank Kian Menumpuk, Ini Alasannya

2024-07-06 23:58:35

News Image Loket Bank BCA Semarang (foto: Tribun Jateng)

Kredit yang belum dicairkan atau undisbursed loan di sektor perbankan masih terus mengalami peningkatan.

Meskipun kredit perbankan tumbuh 13,09% secara tahunan (year-on-year/yoy) per Mei 2024, data dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menunjukkan bahwa total undisbursed loan di bank umum mencapai Rp 2.130,37 triliun per Mei 2024. Angka ini naik 10,59% yoy dibandingkan periode yang sama tahun 2023 yang mencapai Rp 1.926,26 triliun.

Dilansir dari Kontan pada Minggu (7/7/2024), Direktur Kepatuhan Bank Oke Indonesia, Efdinal Alamsyah, menjelaskan bahwa penumpukan kredit yang belum dicairkan ini terjadi karena penundaan pencairan oleh debitur yang belum memiliki kebutuhan dana mendesak.

"Contohnya, pada kredit investasi yang berjangka waktu panjang dan mungkin masih terdapat persyaratan atau dokumen tambahan yang belum dipenuhi sebelum kredit bisa dicairkan," ujar Efdinal.

Lebih lanjut, Efdinal menyebut bahwa sebagian besar kredit yang belum dicairkan berasal dari segmen kredit investasi. Proyek-proyek besar biasanya memerlukan waktu lebih lama untuk memenuhi persyaratan pencairan kredit atau memiliki timeline yang panjang sehingga tidak ada kebutuhan untuk menarik dana segera.

Laporan keuangan Bank Oke Indonesia menunjukkan bahwa kredit yang belum dicairkan naik 11,85% yoy dengan nilai Rp 1,17 triliun per Mei 2024. Padahal, total kredit Bank Oke meningkat 10,29% yoy menjadi Rp 8,83 triliun per Mei 2024 dibandingkan Rp 8 triliun pada Mei 2023.

Mengenai proyeksi kredit yang belum dicairkan ke depannya, Efdinal menyatakan bahwa hal ini bergantung pada beberapa faktor.

BCA: Naiknya Undisbursed Loan Antisipasi Fluktuasi Ekonomi

Bank Central Asia (BCA) juga mencatat peningkatan kredit yang belum dicairkan. Berdasarkan laporan keuangan bank saja, total kredit yang belum dicairkan BCA mencapai Rp 399,97 triliun per Mei 2024, naik 14% yoy dibandingkan Rp 350,84 triliun per Mei 2023.

Sementara itu, total kredit BCA tumbuh tinggi, yaitu 15,91% yoy dengan nilai kredit yang disalurkan mencapai Rp 824,73 triliun per Mei 2024.

"Pagu kredit yang masih tersedia mencapai Rp 399,97 triliun. Hal ini untuk mengantisipasi permintaan kredit yang sejalan dengan pertumbuhan ekonomi serta siklus bisnis nasabah," kata Hera F Haryn, VP Corporate Communication and Social Responsibility BCA.

Hera juga menambahkan bahwa pertumbuhan total kredit BCA didorong oleh seluruh segmen, baik kredit korporasi, UMKM, hingga kredit konsumsi. Kontributor terbesar dari pertumbuhan total kredit BCA per Mei 2024 adalah sektor jasa keuangan, pertambangan non-migas, serta transportasi dan logistik.

Seiring dengan proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia yang positif, BCA optimis bahwa permintaan fasilitas kredit sepanjang 2024 akan tetap terjaga. "Faktor inflasi yang terkendali, serta likuiditas BCA yang memadai juga menambah optimisme kami untuk dapat menjaga pertumbuhan kredit berkualitas secara berkelanjutan," ungkap Hera.

Bank CIMB Niaga juga mencatatkan kredit yang belum dicairkan sebesar Rp 110,078 triliun per Mei 2024, naik 4% yoy dari Rp 104,59 triliun pada Mei 2023. Sementara itu, total kredit dan pembiayaan CIMB Niaga mencapai Rp 203,184 triliun per Mei 2024, atau naik 3,77% yoy dari Rp 195,79 triliun pada Mei 2023.

Meskipun kredit yang belum dicairkan meningkat, Presiden Direktur Bank CIMB Niaga, Lani Darmawan, mengatakan bahwa kenaikan undisbursed loan secara absolut sejalan dengan pertumbuhan portofolio kredit CIMB Niaga.

Lani berpendapat bahwa tidak ada perubahan berarti di segmen undisbursed loan saat ini. Namun, memang ada kecenderungan pelaku usaha menunggu sampai biaya bunga lebih menarik untuk penggunaan fasilitas kredit. "Menurut saya, ini wajar karena dari sisi bisnis ada perhitungan untung rugi, margin, dan lainnya," kata Lani.

Baca Juga

Semua Berita