Siasat Bank Digital Kalahkan Kompetitor: Tambah Modal Hingga Bangun Ekosistem

2024-07-05 01:19:13

News Image Aplikasi Allo Bank (foto: Bisnis.com)

Beberapa bank digital mengumumkan rencana penambahan modal pada tahun ini di tengah persaingan yang semakin ketat. Langkah ini diambil untuk memperkuat posisi mereka dalam pasar perbankan digital yang terus berkembang.

Salah satu bank digital yang melakukan penambahan modal adalah Superbank, milik PT Elang Mahkota Teknologi Tbk. (EMTK), yang menerima tambahan investasi senilai Rp1,2 triliun dari pemegang sahamnya, yaitu Grab, Singtel, dan KakaoBank.

"Tambahan investasi ini akan memperkuat kami dalam memperluas layanan finansial inklusif dan pembiayaan yang mudah diakses oleh lebih banyak nasabah ritel dan UMKM underbanked di Indonesia," ujar Presiden Direktur Superbank, Tigor M. Siahaan, dalam keterangan tertulis pada Rabu (3/7/2024).

Penambahan modal dari pemegang saham ini sejalan dengan langkah Superbank yang sedang banyak berinvestasi pada infrastruktur, sumber daya manusia, dan sistem. Tujuannya adalah untuk memberikan layanan produk keuangan yang mudah, cepat, aman, dan terpercaya bagi nasabah.

Selain Superbank, PT Bank Jasa Jakarta (BJJ) atau Bank Saqu juga mendapatkan suntikan modal dari pemegang sahamnya, PT Astra International Tbk. (ASII), melalui PT Sedaya Multi Investama (SMI) atau Astra Financial, senilai Rp444,81 miliar.

Berdasarkan keterbukaan informasi, ASII mengumumkan transaksi afiliasi antara anak usahanya, SMI, dengan BJJ pada 27 Juni 2024. Transaksi ini melibatkan sebagian saham baru BJJ sebanyak 130.586 lembar dengan nilai per saham sebesar Rp3.406,31, yang diambil bagian oleh SMI.

Manajemen ASII menjelaskan bahwa transaksi afiliasi ini dilakukan untuk memberikan dukungan pendanaan kepada BJJ, yang akan digunakan untuk keperluan umum korporasi. "Bagi SMI, pelaksanaan transaksi dapat memberikan manfaat finansial berupa dividen sebagai imbal hasil investasi di BJJ," tulis ASII dalam keterbukaan informasi pada Senin (1/7/2024).

Selain itu, emiten bank digital Bank Neo Commerce (BBYB) juga akan menambah modalnya melalui aksi korporasi penambahan modal dengan hak memesan efek terlebih dahulu (PMHMETD) VII atau right issue sebanyak 1,31 miliar lembar.

Harga pelaksanaan right issue kali ini sebesar Rp300 per saham, sehingga totalnya mencapai Rp393,5 miliar. Right issue ini akan digelar pada 16 Juli 2024 hingga 22 Juli 2024. "Seluruh dana yang diperoleh dari hasil PMHMETD VII, setelah dikurangi biaya-biaya emisi, akan digunakan seluruhnya sebagai modal kerja perseroan untuk membiayai peningkatan kredit," tulis Manajemen BNC dalam keterbukaan informasi pada Rabu (3/7/2024).

PT Akulaku Silvrr Indonesia (ASI), sebagai pemegang saham pengendali perseroan dengan porsi 27,32% saham, telah menyatakan kesanggupannya menjadi pembeli siaga dan memiliki dana yang cukup untuk melaksanakan seluruh PHMETD BBYB.

Strategi Lain Bank Digital

Bank digital milik konglomerat Chairul Tanjung, PT Allo Bank Indonesia Tbk. (BBHI), juga memiliki strategi dalam menghadapi persaingan yang semakin ketat.

Dilansir dari Bisnis.com pada Jumat (5/7/2024), Direktur Utama Allo Bank, Indra Utoyo, mengatakan bahwa secara umum strategi perseroan adalah dengan menjalin kolaborasi dengan berbagai mitra strategis, baik di dalam ekosistem CT Corpora maupun di luar.

“Kolaborasi yang dilakukan melalui penerapan model Open Banking guna meningkatkan nilai layanan finansial yang disediakan oleh bank agar semakin mempermudah aktivitas kehidupan nasabah,” ujarnya.

Indra menambahkan bahwa masih banyak yang dapat dieksplorasi dengan berbagai Business Unit di bawah CT Corpora, mengingat ekosistem CT Corpora memiliki basis pelanggan yang sangat besar. Basis data ini dapat menjadi inti untuk berbagai program loyalitas dan produk digital banking.

BBHI juga mendayagunakan infrastruktur phygital, yang menggabungkan infrastruktur fisik dan digital untuk memberikan berbagai keuntungan bagi nasabah. “Infrastruktur Phygital menggabungkan Aplikasi Mobile Banking Allo Bank dengan jaringan kanal fisik seperti TransMart, Metro, Mitra Bukalapak, dan Indomaret,” ujarnya.

Sementara itu, Direktur Utama PT Bank Jago Tbk. (ARTO), Arief Harris Tandjung, menilai persaingan ketat di bank digital justru berdampak baik untuk industri. "Ini kondisi yang baik untuk customer agar mendapatkan banyak pilihan. Ini juga membuat kita terpacu," ujarnya dalam public expose pada Rabu (29/11/2023).

Arief menambahkan bahwa persaingan ini tidak hanya dengan sesama bank digital atau bank berbasis teknologi, tapi juga dengan bank konvensional yang mengembangkan layanan digital. Menurutnya, pasar yang disasar Bank Jago masih besar, terutama penduduk usia muda yang terbiasa menggunakan platform digital.

Bagi Bank Jago, kunci menghadapi persaingan ketat adalah inovasi. "Kita terus berupaya berinovasi, tidak berhenti memberikan layanan yang lebih baik lagi sesuai dengan perkembangan tren dan minat pengguna atau nasabah," ujarnya.

Apa Kata Pengamat?

Pengamat perbankan dan praktisi sistem pembayaran, Arianto Muditomo, mengatakan bahwa penambahan modal memang seharusnya dilakukan sesuai regulasi dan digunakan untuk meningkatkan basis nasabah serta kualitas layanan.

Sementara itu, Senior Vice President Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI), Trioksa Siahaan, mengatakan bahwa persaingan di pasar bank digital tahun ini akan semakin ketat dengan adanya akuisisi, merger, atau konsolidasi bank.

Economics and Public Policy Researcher Indef, Nailul Huda, menambahkan bahwa persaingan bank digital ke depan akan tergantung pada ekosistem yang memudahkan generasi Z dan milenial dalam mengakses layanan keuangan.

Senior Faculty LPPI, Amin Nurdin, menyatakan bahwa selain permodalan yang kuat, bank digital juga harus memiliki strategi jangka panjang dan siap untuk berkolaborasi dengan berbagai pihak. "Intinya, bank digital harus membangun sebuah ekosistem yang kuat," tambahnya.

Baca Juga

Semua Berita