Kinerja Industri Perbankan Indonesia April 2024: Tetap Stabil di Tengah Volatilitas Global

2024-06-11 00:46:00

News Image Ilustrasi Perbankan (foto: Unsplash)

Di tengah volatilitas pasar keuangan global, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat bahwa kinerja industri perbankan Indonesia per April 2024 tetap menunjukkan stabilitas dan ketahanan. Tren stabilitas dan ketahanan ini senada dengan apa yang diungkapkan para analis pada kuartal pertama tahun ini.

Dilansir dari Bisnis.com pada Selasa (11/6/2024), Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK Dian Ediana Rae, mengungkapkan bahwa tingkat profitabilitas perbankan yang diukur dengan return on assets (ROA) mencapai 2,51% dan net interest margin (NIM) berada di angka 4,56%. Angka-angka ini mencerminkan ketahanan sektor perbankan meskipun menghadapi likuiditas global yang ketat.

Permodalan perbankan juga berada pada level yang solid dengan capital adequacy ratio (CAR) sebesar 25,99%, sedikit meningkat dari sebelumnya 25,96%. Hal ini menunjukkan bahwa perbankan Indonesia memiliki bantalan yang cukup kuat untuk menghadapi risiko di tengah ketidakpastian global.

"Dari sisi kinerja intermediasi, kredit pada April 2024 melanjutkan pertumbuhan dua digit sebesar 13% yoy, meningkat dari 12,4% pada Maret menjadi Rp7.310,7 triliun," ujar Dian dalam Rapat Dewan Komisioner (RDK) Bulanan, Senin (10/6/2024).

Dian menambahkan bahwa pertumbuhan kredit yang signifikan ini sejalan dengan target kredit tahun 2024 dan menunjukkan komitmen kuat perbankan dalam mendukung pertumbuhan ekonomi nasional. "Pertumbuhan kredit yang baik ini mencerminkan dukungan dan komitmen tinggi perbankan terhadap pertumbuhan ekonomi nasional," imbuhnya.

Selain itu, Dana Pihak Ketiga (DPK) juga mengalami pertumbuhan yang positif. Pada April 2024, DPK tumbuh sebesar 8,21% yoy, meningkat dari 7,44% pada Maret. Total DPK tercatat mencapai Rp8.653 triliun, dengan giro menjadi kontributor terbesar dengan pertumbuhan 11,81% yoy.

Rasio Alat Likuid terhadap non-core deposit (AL/NCD) dan Alat Likuid terhadap Dana Pihak Ketiga (AL/DPK) masing-masing berada di angka 113,9% dan 25,6%, jauh di atas threshold masing-masing sebesar 50% dan 10%. "Kondisi likuiditas perbankan yang memadai ini sejalan dengan likuiditas global yang ketat di tengah kebijakan bank sentral AS yang mempertahankan suku bunga tinggi untuk jangka waktu yang lebih lama," kata Dian.

NPL Meningkat, Perbankan Tingkatkan CKPN

Sementara itu, kualitas kredit tetap terjaga dengan rasio NPL (non-performing loan) gross perbankan sebesar 2,33% dan NPL net sebesar 0,81%. Untuk sektor Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM), NPL gross pada April 2024 tercatat sebesar 4,26%, meningkat dari 3,98% pada Maret.

NPL net UMKM juga mengalami peningkatan menjadi 1,54% dari sebelumnya 1,45%. Peningkatan NPL gross UMKM terutama terjadi pada segmen kredit kecil dan mikro yang naik menjadi 3,89% dari sebelumnya 3,65%.

Namun demikian, perbankan telah melakukan antisipasi terhadap kenaikan NPL UMKM dengan membentuk Cadangan Kerugian Penurunan Nilai (CKPN) kredit UMKM sebesar Rp85,5 triliun. Total CKPN UMKM dibandingkan dengan total NPL UMKM mencapai 137,37%. "Walaupun terjadi peningkatan NPL di sektor UMKM, perbankan telah mengantisipasinya dengan membentuk CKPN kredit UMKM yang cukup besar, sehingga tetap mampu menjaga stabilitas dan ketahanan sektor perbankan," jelas Dian.

Secara keseluruhan, meskipun di tengah kondisi likuiditas global yang ketat dan volatilitas pasar keuangan, kinerja industri perbankan Indonesia per April 2024 tetap menunjukkan stabilitas dan ketahanan. Pertumbuhan kredit yang solid, likuiditas yang memadai, serta pengelolaan risiko yang baik, menjadi kunci utama dalam menjaga stabilitas ini. Dengan komitmen perbankan yang tinggi terhadap pertumbuhan ekonomi nasional, industri perbankan Indonesia diproyeksikan akan terus memberikan kontribusi positif bagi perekonomian.

Baca Juga

Semua Berita