2024-06-07 00:58:25
Kantor Bank Indonesia (foto: Bisnis.com)Suntikan likuiditas dari Bank Indonesia semakin dinantikan oleh perbankan guna meredakan persaingan dana di pasar yang menyebabkan peningkatan biaya dana (cost of fund) dan mendorong penyesuaian suku bunga kredit.
Mulai 1 Juni 2024, Bank Indonesia menambah suntikan likuiditas sebesar Rp81 triliun ke sektor perbankan. Dengan demikian, total kebijakan insentif likuiditas makroprudensial (KLM) mencapai Rp246 triliun per Juni 2024.
Dilansir dari Bisnis.com pada Jumat (7/6/2024), Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo menyatakan bahwa tambahan insentif ini merupakan upaya bank sentral untuk mencapai target pertumbuhan kredit sebesar 10%-11% pada tahun ini.
"Kami masih yakin pertumbuhan kredit 10%-11% masih bisa tercapai, yaitu dengan tambahan likuiditas dan bagi bank yang menyalurkan kredit bisa menggunakan SBN untuk repo ke BI," ujarnya dalam konferensi pers pada Kamis (9/5/2024).
Tambahan likuiditas ini juga bertujuan untuk memastikan ketersediaan dana bagi perbankan untuk menyalurkan kredit, sehingga bank tidak perlu menaikkan suku bunga kredit. Dari sisi industri, PT Bank CIMB Niaga Tbk. (BNGA) menyambut baik kebijakan ini.
Presiden Direktur CIMB Niaga Lani Darmawan menargetkan biaya dana dapat turun 15-20 basis poin (bps) tahun ini. Tercatat, biaya dana perseroan pada kuartal I/2024 mencapai 3,41%, naik 62 bps dari periode yang sama tahun lalu sebesar 2,79%.
"[Sementara ini] cost of credit [CoC] membaik karena ada perbaikan kualitas aset di hampir semua lini bisnis sejalan dengan tetap tumbuhnya portofolio, regular write off, dan juga pembayaran," ujar Lani pada Rabu (5/6/2024).
Dari kalangan bank pelat merah, PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. (BBTN) juga mengakui bahwa salah satu tantangan utama industri perbankan saat ini adalah pengetatan likuiditas dan tingginya biaya dana.
Corporate Secretary BTN Ramon Armando menyatakan bahwa dalam menghadapi situasi sulit ini, bank tidak punya banyak pilihan selain meninjau ulang target pertumbuhan kredit. "Jika kita tidak menyeimbangkan target kredit dan biaya dana, akan berdampak pada profitabilitas bank," ujarnya kepada Bisnis.
Ramon menyambut baik langkah bank sentral dalam melonggarkan likuiditas di pasar melalui berbagai instrumen. Menurutnya, kebijakan Insentif Likuiditas Makroprudensial (KLM) dapat memberikan tambahan likuiditas yang diharapkan dapat meredam kenaikan biaya dana dan mendorong bank untuk kembali meningkatkan penyaluran kredit.
"Namun demikian, harapan terbesar kami adalah makro ekonomi yang semakin membaik, nilai tukar yang stabil, dan inflasi yang terkendali, sehingga suku bunga acuan dapat diturunkan kembali. Suku bunga yang lebih rendah akan mengembalikan bank ke jalur pertumbuhan," ucapnya.
Per Maret 2024, BTN mencatatkan cost of fund (CoF) pada level 4,2%, naik 60 bps dari tahun sebelumnya yang sebesar 3,6%. BTN pun memilih menurunkan target pertumbuhan kredit ke level 10%-11% pada 2024 dari target sebelumnya 11%-12%, seiring dengan naiknya suku bunga acuan BI ke level 6,25%.
Direktur Utama BTN Nixon LP Napitupulu menjelaskan bahwa keputusan ini dilakukan untuk mengantisipasi biaya bunga yang mahal dan persaingan dana pihak ketiga (DPK) yang ketat.
Senada dengan BTN, PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Timur Tbk. (BJTM) juga menilai bahwa kebijakan KLM BI memberikan kelonggaran likuiditas yang signifikan.
Direktur Utama Bank Jatim Busrul Iman menyatakan, "Analisis kami menunjukkan bahwa insentif tersebut berdampak pada pengelolaan GWM BJTM yang semula rata-rata sebesar Rp6,92 triliun menjadi sekitar Rp3,84 triliun." Selisih dana tersebut dapat dimaksimalkan pada aset-aset produktif, yang akhirnya mampu meningkatkan portofolio BJTM.
"Dengan likuiditas yang semakin longgar tersebut, akses untuk dana murah BJTM juga masih baik, sehingga suku bunga kredit eksisting selama ini masih cukup kompetitif," tutupnya.