Antisipasi Non-Performing Loan Membengkak, Berikut Strategi Perbankan Indonesia

2024-03-28 10:56:33

News Image Gedung BRI

Dengan mendekati akhir kebijakan restrukturisasi kredit Covid-19, sektor perbankan Indonesia tengah mengintensifkan persiapan untuk mengantisipasi kemungkinan meningkatnya rasio kredit bermasalah (nonperforming loan/NPL). Bank Oke Indonesia Tbk. (DNAR), misalnya, telah melakukan langkah-langkah konkret untuk menanggulangi potensi NPL di masa depan. Data menunjukkan bahwa pada akhir Februari 2024, angka kredit restrukturisasi Covid-19 di Bank Oke telah menurun drastis dari sekitar Rp1,3 triliun menjadi hanya Rp500 miliar. Direktur Kepatuhan DNAR, Efdinal Alamsyah, menjelaskan bahwa bank telah melakukan pemetaan untuk mengidentifikasi debitur high-risk yang mungkin berpotensi menjadi NPL, serta melakukan restrukturisasi non-Covid dan low-risk untuk mendukung operasional normal. 

 

Selain Bank Oke, Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BBRI) juga telah melakukan langkah-langkah antisipasi. Pencadangan kredit bermasalah (NPL coverage) BBRI hingga Desember 2023 mencapai 229,09%, sementara pencadangan kredit berisiko (LaR coverage) mencapai 54,14%. Direktur Manajemen Risiko BBRI, Agus Sudiarto, menyatakan optimisme bahwa kredit bermasalah dan kredit berisiko akan tetap dalam tren penurunan meski restrukturisasi berakhir, dengan NPL diperkirakan turun menjadi 2,7% tahun ini. Langkah antisipasi yang telah diambil oleh BBRI menunjukkan komitmen kuat bank ini dalam menjaga stabilitas dan kinerja yang kuat di tengah perubahan regulasi dan dinamika ekonomi yang terus berubah.

 

Meski demikian, Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. (BBNI) juga melakukan pengkajian berkala atas dampak pencabutan kebijakan restrukturisasi Covid-19. BBNI menyiapkan pencadangan NPL coverage sebesar 319% per Desember 2023, serta LaR coverage sebesar 52,7%. Direktur Risk Management BBNI, Novita Widya Anggraini, menegaskan bahwa meskipun kebijakan restrukturisasi berakhir, diproyeksikan tidak akan ada dampak signifikan terhadap peningkatan risiko kredit, dengan NPL yang dijaga agar tetap di bawah 2% sesuai dengan target. BBNI telah menetapkan strategi jangka panjang yang kokoh untuk menghadapi berbagai tantangan yang mungkin muncul di masa depan, sehingga memastikan keberlangsungan operasional bank yang sehat dan berkelanjutan.

 

Selain bank konvensional, bank syariah seperti Bank Syariah Indonesia (BRIS) juga telah melakukan langkah-langkah persiapan. BRIS telah menyiapkan nilai cadangan kerugian penurunan nilai (CKPN) terhadap nasabah yang melakukan restrukturisasi Covid-19, serta memetakan kategori debitur yang membaik dan yang masih memerlukan perhatian khusus. Sebagai bagian dari strategi pengelolaan risiko yang holistik, BRIS berkomitmen untuk menjaga kinerja yang kuat dan melindungi kepentingan nasabah serta pemegang saham di tengah ketidakpastian ekonomi yang terus berlangsung.

 

Dengan berbagai antisipasi ini, sektor perbankan Indonesia berupaya menjaga stabilitas dan kinerja yang sehat di tengah perubahan regulasi dan kondisi ekonomi yang dinamis. Meskipun tantangan yang dihadapi mungkin beragam, langkah-langkah yang diambil oleh bank-bank terkemuka di Indonesia menunjukkan kesiapan dan komitmen untuk menghadapi masa depan dengan keyakinan dan ketangguhan. Peran penting bank dalam perekonomian nasional tidak dapat dipungkiri, dan dengan pendekatan yang hati-hati dan strategi yang matang, mereka berupaya untuk meminimalkan dampak negatif dan mengoptimalkan potensi pertumbuhan di masa mendatang.

Baca Juga

Semua Berita