Siasat KB Bank (BBKP) Tekan Rasio Kredit Bermasalah Di Bawah 10%

2024-06-07 00:48:46

News Image Peresmian Nama Baru KB Bank (foto: CNBC Indonesia)

PT Bank KB Bukopin Tbk. (BBKP) atau yang dikenal sebagai KB Bank terus berupaya menekan rasio kredit bermasalah (nonperforming loan/NPL) agar berada di bawah 10% hingga akhir tahun 2024.

Berdasarkan laporan keuangan perusahaan, per Maret 2024, rasio kredit bermasalah (NPL) gross KB Bank mencapai 9,92%, naik dari 6,98% pada periode yang sama tahun sebelumnya. Sementara itu, NPL net mengalami penurunan tipis menjadi 4,93% dari sebelumnya 4,95%.

Dilansir dari Bisnis.com pada Kamis (6/6/2024), Corporate Relation Department Head KB Bank Adi Pribadi, menyatakan bahwa dalam memperbaiki fundamental dan kualitas aset, perseroan menerapkan pendekatan konservatif dengan membentuk Cadangan Kerugian Penurunan Nilai (CKPN) sebagai antisipasi berakhirnya relaksasi Covid-19.

“Di sisi lain, upaya perbaikan kualitas aset terus kami jalankan melalui sejumlah inisiatif, antara lain penagihan intensif, penjualan agunan, cessie, penjualan melalui skema Asset Backed Securities (ABS), dan hapus buku secara selektif,” ujar Adi.

Adi juga mengungkapkan bahwa tren kredit berisiko atau Loan at Risk (LaR) di perseroan menunjukkan perbaikan yang signifikan. Setahun setelah KB Financial Group (KBFG) melalui KB Kookmin Bank menjadi pemegang saham pengendali, rasio LAR sempat mencapai 65%.

Namun, rasio ini terus menurun pada tahun-tahun berikutnya, yakni 50% pada akhir tahun 2022 dan sekitar 40% pada akhir tahun 2023.

Penurunan rasio LAR ini berlanjut pada kuartal I/2024, di mana rasio tersebut turun hingga di bawah 35%. Pada April 2024, rasio LAR kembali mengalami perbaikan dengan turun di bawah 27%. “KB Bank sendiri menargetkan untuk dapat terus memperbaiki kualitas aset dan menjaga rasio LAR di kisaran 20% pada akhir tahun 2024,” tambah Adi.

Perlu diketahui, KB Bank merupakan salah satu bank yang mencatatkan NPL di kisaran 5%. Oleh karena itu, mereka harus berupaya ekstra untuk menjaga kualitas aset yang ada. Berdasarkan Statistik Perbankan OJK, data menunjukkan NPL bank umum secara industri per Maret 2024 berada di level 2,25% atau sebesar Rp163,26 triliun. Sementara itu, batas atas rasio NPL yang sehat adalah 5%.

Tanggapan Para Analis

Executive Director Segara Research Institute, Piter Abdullah, mengatakan bahwa dengan adanya normalisasi ketentuan restrukturisasi, semua bank berpotensi mengalami kenaikan NPL. “Khususnya bagi bank-bank yang saat ini NPL-nya sudah cukup tinggi di kisaran 5%,” ujar Piter.

Piter menambahkan bahwa butuh waktu untuk menurunkan NPL, sehingga bank harus meningkatkan penyaluran kredit yang berkualitas baik. Sayangnya, kondisi perekonomian saat ini belum sepenuhnya mendukung.

Senada dengan Piter, Senior Faculty Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI), Moch Amin Nurdin, menyatakan bahwa penting bagi bank untuk bisa menjaga NPL di bawah 5% sesuai regulasi.

Jika tidak, maka bank akan terpapar penurunan tingkat kesehatan. Amin menyebutkan bahwa beberapa strategi yang bisa dilakukan perbankan meliputi penjualan aset yang bermasalah hingga ekspansi kredit yang berkualitas. Peningkatan portofolio kredit yang bagus akan turut menurunkan tingkat NPL yang ada.

Amin juga menekankan bahwa upaya tersebut harus dibarengi dengan peningkatan kompetensi SDM, perbaikan proses bisnis, terutama di kredit/pembiayaan, dan perbaikan sistem seperti SOP, infrastruktur, dan manajemen risiko. “Menurut pengamatan saya, di 2024, bank-bank yang mencatatkan NPL di atas 5% akan berusaha menurunkan NPL yang mengarah ke perbaikan,” ujarnya.

Dengan berbagai upaya yang dilakukan oleh KB Bank dan kondisi ekonomi yang masih berfluktuasi, perseroan berkomitmen untuk menjaga dan meningkatkan kualitas asetnya demi menekan rasio NPL dan LAR sesuai target yang telah ditetapkan. Harapannya, langkah-langkah ini akan membantu bank dalam menghadapi tantangan ekonomi dan menjaga kesehatan keuangannya di masa mendatang.

Baca Juga

Semua Berita