Setengah Tabungan Nasabah RI Berada di 4 Bank Jumbo, Berikut Pertumbuhannya

2024-06-01 03:06:57

News Image Bank Jumbo di Indonesia (foto: Bisnis.com)

Simpanan nasabah di bank umum menunjukkan kinerja cemerlang setidaknya hingga April 2024. Berdasarkan laporan Distribusi Simpanan Bank Umum yang dirilis Lembaga Penjamin Simpanan (LPS), nilai simpanan nasabah di bank tumbuh 8% secara tahunan (year-on-year/yoy) pada April 2024. "Total nominal simpanan bank umum pada bulan April 2024 mencapai Rp8.703 triliun," tulis LPS dalam laporannya pada 29 Mei 2024.

Bank-bank jumbo, atau bank dengan modal inti (KBMI) IV, menjadi penampung utama simpanan nasabah. Keempat bank besar ini, yakni PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BBRI), PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA), PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. (BMRI), dan PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. (BBNI), meraup simpanan dengan total nilai Rp4.539 triliun per April 2024.

Nilai ini mencerminkan 52,2% atau lebih dari setengah total simpanan di bank umum. Pertumbuhan simpanan di bank jumbo ini tercatat sebesar 10,8% yoy per April 2024, lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok bank lainnya. 

Di sisi lain, simpanan di KBMI III hanya tumbuh 5,5% yoy, di KBMI II tumbuh 3,5% yoy, dan di KBMI I tumbuh 6,2% yoy. Dari sisi jumlah rekening, bank jumbo mencatatkan 362,12 juta rekening atau 63,1% dari total rekening di bank. Namun, pertumbuhan jumlah rekening di bank jumbo lebih lambat dibandingkan kelompok bank lainnya. Jumlah rekening di KBMI III tumbuh 19,8% yoy, di KBMI II tumbuh 21,6% yoy, dan di KBMI I tumbuh 18,6% yoy.

Pada kuartal I/2024, bank-bank jumbo mencatatkan kinerja gemilang dalam hal simpanan nasabah. Bank Mandiri, misalnya, mencatat pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) sebesar 12,99% yoy menjadi Rp1.571,89 triliun pada kuartal I/2024, naik dari Rp1.389,15 triliun pada periode sebelumnya.

Faktor Pendorong DPK Bank Jumbo

Dilansir dari Bisnis.com pada Sabtu (1/6/2024), Direktur Keuangan & Strategi Bank Mandiri, Sigit Prastowo, mengatakan bahwa kinerja DPK bank didorong oleh pertumbuhan dana murah atau current account saving account (CASA). Dana nasabah dari giro dan tabungan masing-masing tumbuh 16,35% dan 10,61% pada kuartal I/2024.

Sigit menambahkan bahwa Bank Mandiri sedang menggenjot pengumpulan dana murah di tengah tren suku bunga acuan yang tinggi, yang menekan biaya dana (cost of fund/CoF). "Kami berupaya menjaga komposisi dana murah dengan mendorong giro dan tabungan, baik melalui akuisisi nasabah baru maupun lama," tuturnya beberapa waktu lalu.

BRI juga mencatat pertumbuhan DPK sebesar 12,8% yoy pada kuartal I/2024 menjadi Rp1.416,21 triliun. Wakil Direktur Utama BRI, Catur Budi Harto, mengatakan bahwa DPK masih didominasi oleh CASA karena BRI fokus pada dana murah. Dana murah BRI dari tabungan dan giro tumbuh 7,8% yoy menjadi Rp873,29 triliun pada kuartal I/2024.

Sementara itu, bank jumbo lainnya, BCA, mencatat pertumbuhan DPK sebesar 7,9% yoy menjadi Rp1.121 triliun per Maret 2024. CASA BCA tumbuh 7,3% yoy menjadi Rp904,5 triliun. Selain itu, BNI meraih DPK sebesar Rp780,22 triliun pada kuartal I/2024, naik 4,9% yoy. Dana murah BNI juga meningkat 6% yoy menjadi Rp543,5 triliun.

Secara keseluruhan, pertumbuhan simpanan di bank umum pada April 2024 menunjukkan kinerja yang mengesankan, terutama di kalangan bank-bank jumbo. Dengan fokus pada pengumpulan dana murah, bank-bank besar ini berhasil meningkatkan simpanan nasabah mereka secara signifikan.

Hal ini bisa terjadi meskipun pertumbuhan jumlah rekening lebih lambat dibandingkan dengan kelompok bank lainnya. Bank Mandiri, BRI, BCA, dan BNI terus menunjukkan performa kuat dalam mengelola dana pihak ketiga, dengan strategi yang berfokus pada peningkatan CASA guna mengurangi biaya dana di tengah kondisi suku bunga yang tinggi.

Baca Juga

Semua Berita