Saham Bank Diborong Direksi Sendiri, Begini Kata Analis

2024-05-19 04:45:35

News Image Loket CIMB Niaga (foto: Kompas)

Para bankir yang aktif melakukan penambahan kepemilikan saham di bank yang mereka pimpin menjadi sorotan analis pasar saham. Aksi ini dianggap dapat memberikan sentimen positif bagi nilai saham bank terkait.

Dilansir oleh Kontan, Baru-baru ini, tiga direksi dari PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) terlihat membeli saham perusahaan tempat mereka bekerja. Mereka adalah Direktur Keuangan, Sigit Prastowo, Direktur Teknologi Informasi, Timothy Utama, dan Direktur Perbankan Korporat, Riduan. Transaksi ini dilakukan pada awal bulan Mei 2024.

Dalam pembelian saham tersebut, nilai transaksi yang dilakukan oleh ketiga direksi ini berbeda. Sigit membeli saham senilai Rp 8,23 miliar dengan jumlah kepemilikan sahamnya di BMRI mencapai 10,86 juta lembar. Sementara itu, Timothy menambah kepemilikan sahamnya menjadi 6,88 juta saham dengan nilai transaksi sebesar Rp 937,5 juta. Riduan, di sisi lain, membeli saham BMRI dengan total nilai Rp 620 juta.

Sebelumnya, tiga direksi dari PT Bank CIMB Niaga Tbk (BNGA) juga terlihat melakukan pembelian saham pada tanggal 1 April 2024. Total transaksi pembelian saham ini mencapai Rp 1,07 miliar dengan total saham yang dibeli sebanyak 502.700 lembar.

Ketiga direksi tersebut adalah Presiden Direktur CIMB Niaga, Lani Darmawan, Direktur Konsumer, Noviady Wahyudi, dan Direktur Kepatuhan, Urusan Korporat & Hukum, Fransiska Oei. Pembelian saham ini dilakukan sebagai bagian dari Program Material Risk Taker (MRT).

Analisis dari sejumlah pakar pasar menyatakan bahwa aksi pembelian saham oleh para bankir ini merupakan indikasi kepercayaan terhadap prospek bisnis bank yang mereka pimpin. Hal ini dianggap sebagai sinyal positif bagi investor, menunjukkan bahwa manajemen memiliki keyakinan terhadap kelangsungan bisnis bank tersebut di masa depan.

Analis: Tidak Berdampak Signifikan terhadap Saham Free Float

Meskipun demikian, sejumlah analis juga menekankan bahwa penambahan kepemilikan saham ini tidak signifikan jika dibandingkan dengan jumlah saham yang beredar di pasar (free float). Oleh karena itu, dampaknya terhadap pasar saham relatif kecil dan tidak akan menyebabkan lonjakan besar dalam harga saham.

Wawan Hendrayana, Vice President PT Infovesta Utama, menyarankan investor untuk tetap fokus pada prospek bisnis, fundamental, dan likuiditas dari masing-masing bank. Meskipun demikian, industri perbankan secara umum dinilai masih memiliki kinerja yang baik dan tetap menjadi tulang punggung pasar modal Indonesia.

Menurutnya, koreksi harga saham yang terjadi dalam beberapa bulan terakhir bisa menjadi kesempatan bagi investor jangka panjang, terutama pada saham bank BUMN yang valuasinya menjadi lebih terjangkau.

Maximilianus Nicodemus, Associate Director Pilarmas Investindo Sekuritas, mengatakan bahwa penambahan kepemilikan saham oleh para bankir ini merupakan hal yang wajar mengingat harga saham yang masih tergolong murah setelah mengalami koreksi. Meskipun aksi ini dapat menjadi katalis positif bagi harga saham, investor tetap diingatkan untuk tidak hanya mengikuti tren dan harus tetap memperhatikan fundamental perusahaan.

Dalam jangka panjang, Nico memperkirakan harga saham BMRI bisa mencapai Rp 7.400 per saham sementara BNGA di level Rp 2.300 per saham. Ini menunjukkan bahwa masih ada potensi kenaikan harga saham untuk kedua bank tersebut.

Baca Juga

Semua Berita