2024-03-13 02:42:15
Kantor Cabang Bank Commonwealth (foto: Bisnis.com)PT Bank Commonwealth mengalami tantangan yang signifikan dalam kinerja keuangannya pada tahun 2023, dengan mencatatkan peningkatan kerugian yang cukup besar. Rugi bersih bank tersebut melonjak menjadi Rp788,68 miliar dari angka sebelumnya sebesar Rp350,76 miliar pada tahun sebelumnya. Penyebab utama dari peningkatan kerugian ini adalah adanya penyusutan yang cukup besar pada pendapatan bunga bersih sebesar 17,69%, yang menurun menjadi Rp565,15 miliar, dibandingkan dengan posisi pada tahun 2022. Selain itu, pendapatan berbasis komisi Bank Commonwealth juga turun drastis sebesar 32,99% yoy, menjadi Rp216,81 miliar pada tahun yang sama.
Tidak hanya itu, bank juga mencatatkan kenaikan yang signifikan pada beban operasional selain bunga bersih, yang membengkak dari Rp1,04 triliun menjadi Rp1,3 triliun. Hal ini menandakan peningkatan biaya dalam menjalankan operasional bank. Dampak dari peningkatan biaya dan penurunan pendapatan mengakibatkan rasio beban operasional terhadap pendapatan operasional (BOPO) Bank Commonwealth meningkat secara signifikan dari 122,93% pada 2022 menjadi 154,17% pada 2023, menunjukkan ketidakefisienan dalam pengelolaan biaya operasional.
Dari sisi intermediasi, Bank Commonwealth juga mengalami penurunan dalam penyaluran kredit sebesar 10,98% yoy, menjadi Rp8,02 triliun, serta penurunan pada aset bank sebesar 12,85% yoy, menjadi Rp16,02 triliun. Bahkan, dana pihak ketiga (DPK) bank turun sebesar 9,2% yoy, mencapai Rp10,69 triliun, dan dana murah (CASA) Bank Commonwealth juga mengalami penurunan yang cukup besar sebesar 16,76% yoy, menjadi Rp4,59 triliun pada tahun yang sama.
Kondisi ini terjadi di tengah rencana akuisisi oleh PT Bank OCBC NISP Tbk. (NISP), yang berencana untuk mengakuisisi 99% saham Bank Commonwealth. Akuisisi ini diharapkan dapat mendukung program arsitektur dan konsolidasi perbankan Indonesia serta pengembangan usaha perseroan. Bank Commonwealth direncanakan untuk digabung atau merger ke dalam NISP, dengan proses akuisisi yang diharapkan selesai pada kuartal kedua atau ketiga 2024. Hal ini menunjukkan adanya upaya restrukturisasi dalam industri perbankan Indonesia yang sedang berlangsung, di mana bank-bank berupaya untuk meningkatkan efisiensi dan memperkuat posisi mereka di pasar.