Bank Jago Ungkap Praktik Predatoris oleh Pinjol yang Rugikan Nasabah

2024-08-17 02:00:23

News Image Kantor Bank Jago (foto: Detik.com)

PT Bank Jago Tbk. (ARTO) baru-baru ini menyuarakan keprihatinannya terhadap maraknya praktik pinjaman online (pinjol) yang dinilai cenderung predatoris.

Dilansir dari Bisnis.com pada Sabtu (17/8/2024), Consumer Business Value Proposition Manager Bank Jago, Muhammad Pandu, menjelaskan bahwa tujuan awal pinjol adalah mempermudah akses masyarakat terhadap pinjaman, terutama dalam situasi mendesak yang membutuhkan proses cepat dan syarat minimal.

Namun, dalam perkembangannya, muncul berbagai elemen predatoris dalam layanan ini yang kerap merugikan peminjam.

Menurut Pandu, beberapa pinjol menawarkan suku bunga yang sangat tinggi per hari, membuat peminjam kesulitan dalam melunasi pinjaman tersebut. Misalnya, ketika suku bunga yang dikenakan terlalu tinggi, peminjam yang seharusnya mampu melunasi pinjaman akhirnya terjebak dalam lingkaran utang yang sulit keluar.

Hal ini memperlihatkan bahwa sebagian pinjol lebih fokus pada keuntungan daripada membantu masyarakat memenuhi kebutuhan finansial mereka dengan cara yang adil.

Praktik lain yang dianggap merugikan adalah pemberian batas kredit yang melebihi kebutuhan peminjam. Sebagai contoh, jika seseorang hanya memerlukan Rp5 juta, namun ditawari pinjaman hingga Rp10 juta, hal ini bisa menimbulkan risiko.

Bagi masyarakat yang tidak terbiasa mengelola uang dalam jumlah besar, ada kemungkinan dana lebih tersebut digunakan untuk hal-hal yang tidak direncanakan. Akibatnya, mereka akan kesulitan mengatur keuangan dan pada akhirnya menghadapi tantangan besar dalam melunasi pinjaman tersebut.

Selain itu, Pandu juga menyoroti masalah ketidaktransparanan biaya administrasi. Sering kali, biaya ini disembunyikan dalam tulisan kecil saat peminjam menyetujui perjanjian.

Sebagai contoh, dalam penelitian yang dilakukan oleh Bank Jago, ditemukan bahwa ada pinjol yang secara tersembunyi mencantumkan biaya administrasi sebesar 10% dari total pinjaman yang disetujui. Hal ini tentu sangat merugikan peminjam yang tidak menyadari adanya biaya tersebut hingga terlambat.

Kondisi ini mendorong Bank Jago untuk menawarkan solusi yang lebih bertanggung jawab dan transparan kepada masyarakat. Bank Jago merasa berkewajiban untuk membantu masyarakat tidak hanya dalam memperoleh pinjaman, tetapi juga dalam menjaga kesehatan keuangan jangka panjang mereka.

Pandu menekankan bahwa Bank Jago berkomitmen untuk memberikan produk yang mengedepankan transparansi dan edukasi kepada nasabah, sehingga mereka bisa membuat keputusan yang bijaksana sebelum memutuskan untuk mengambil pinjaman.

Kepedulian Terhadap SDGs

Sebagai bagian dari komitmennya, Bank Jago juga telah mengusulkan konsep inovasi produk pembiayaan yang bertanggung jawab dalam program SDG Innovation Accelerator for Young Professionals (SDGI) 2024.

Konsep ini, yang berjudul “Peningkatan Kesehatan Keuangan Masyarakat Menengah Bawah Melalui Pinjaman Bertanggung Jawab dan Tidak Merugikan,” dirancang dengan merujuk pada Prinsip Perbankan Bertanggung Jawab (PRB) yang disusun oleh PBB.

Bank Jago berharap, dengan adanya produk ini, nasabah dapat lebih peduli terhadap kesehatan finansial mereka, yang pada akhirnya berkontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.

Andy Djiwandono, Head of Sustainability & Digital Lending Bank Jago, mengungkapkan bahwa konsep pembiayaan bertanggung jawab ini lahir dari kepedulian Bank Jago terhadap isu-isu pembangunan berkelanjutan (SDGs).

Bank Jago ingin berperan aktif dalam meningkatkan kesehatan finansial masyarakat dan menciptakan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan. Dengan latar belakang sebagai bank berbasis teknologi yang selalu berinovasi, Bank Jago merancang produk pembiayaan yang cepat, terjangkau, serta transparan sejak awal. Selain itu, produk ini juga dilengkapi dengan tips-tips mengenai kesehatan finansial yang dapat membantu nasabah dalam pengelolaan keuangan mereka.

Andy menekankan bahwa transparansi adalah salah satu aspek utama dalam konsep pembiayaan ini. Semua informasi terkait hak dan kewajiban nasabah akan disampaikan dengan jelas di awal, tanpa ada biaya tersembunyi.

Dengan demikian, calon nasabah dapat mempertimbangkan semua aspek sebelum membuat keputusan untuk mengambil pinjaman. Bank Jago berharap bahwa dengan konsep ini, mereka bisa mendorong masyarakat untuk lebih bijak dalam mengelola keuangan, serta mendorong pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan di Indonesia.

Baca Juga

Semua Berita