Pinjol Berikan Pendanaan Produktif Rp37,91 Triliun Sepanjang Januari-Mei 2024

2024-08-11 02:46:47

News Image Logo Asosiasi Fintech Pendanaan Indonesia (AFPI) (foto: Daily Makassar News)

Industri teknologi finansial peer-to-peer (fintech P2P) lending, yang dikelola oleh Asosiasi Fintech Pendanaan Indonesia (AFPI), terus menegaskan perannya sebagai mitra penting bagi dunia usaha, bukan sekadar penyedia pinjaman konsumtif.

Ketua Umum AFPI, Entjik S. Djafar, menegaskan bahwa sektor fintech P2P lending kini menjadi solusi alternatif pendanaan bagi sektor produktif, terutama UMKM.

Hal ini diungkapkan dalam keterangan resmi pada Sabtu (10/8/2024), di mana AFPI memamerkan produk-produk UMKM yang telah mendapatkan manfaat dari fintech lending pada acara AFPI CEO Forum 2024.

Dalam forum tersebut, berbagai produk UMKM, seperti cemilan keripik, kerajinan tangan, kriya, dan apparel, dipajang di booth fintech lending. Para pelaku UMKM ini telah merasakan manfaat dari pendanaan yang mereka peroleh melalui fintech lending, yang telah membantu mereka mengembangkan usahanya.

Entjik juga menegaskan bahwa langkah ini merupakan bukti nyata kehadiran industri fintech sebagai solusi pendanaan yang signifikan bagi sektor produktif.

Menurut data dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) per Mei 2024, total penyaluran pinjaman oleh industri fintech P2P lending sepanjang periode Januari-Mei 2024 mencapai Rp112,81 triliun.

Dari jumlah tersebut, sebesar Rp37,91 triliun atau sekitar 33,6% di antaranya disalurkan untuk sektor produktif. Data ini menunjukkan bahwa sektor fintech P2P lending tidak hanya berfokus pada pinjaman konsumtif, tetapi juga memberikan kontribusi besar pada pembiayaan sektor yang lebih produktif.

Lebih lanjut, total outstanding pinjaman aktif per Mei 2024 tercatat sebesar Rp64,55 triliun. Dari angka tersebut, outstanding untuk UMKM perorangan mencapai Rp16,69 triliun, sementara badan usaha UMKM mendapatkan Rp3,64 triliun, dan badan usaha non-UMKM sebesar Rp1,73 triliun.

Hal ini menunjukkan bahwa sekitar 34,1% dari total outstanding pinjaman aktif diarahkan untuk kebutuhan pinjaman di sektor produktif. Ini membuktikan peran signifikan fintech P2P lending dalam mendukung pertumbuhan sektor produktif dan UMKM di Indonesia.

Belajar dari India

Dalam kesempatan yang sama, ekonom senior yang juga menjabat sebagai Anggota Dewan Penasihat AFPI, Chatib Basri, mengemukakan pentingnya Indonesia belajar dari India terkait adopsi teknologi yang inklusif.

India, yang memiliki kemiripan dengan Indonesia dalam hal jumlah penduduk besar, demokrasi yang dinamis, dan birokrasi yang menantang, berhasil melakukan difusi teknologi sehingga menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari masyarakat.

Chatib menekankan bahwa peran AFPI sangat krusial dalam meningkatkan produktivitas dan inklusi keuangan di Indonesia. Dalam konteks ini, fintech P2P lending memiliki peran penting dalam mendorong inklusi keuangan yang lebih luas dan merata di seluruh lapisan masyarakat.

Di samping itu, Chatib juga mengingatkan para pelaku industri tentang tantangan ekonomi global dan dampaknya terhadap ekonomi Indonesia, khususnya dalam menghadapi kondisi pasca pemilu.

Ia memperkirakan bahwa suku bunga akan tetap tinggi hingga akhir tahun 2024, yang akan berdampak pada industri fintech, terutama dalam hal biaya pendanaan yang menjadi lebih mahal. Oleh karena itu, Chatib menekankan pentingnya bagi perusahaan fintech untuk menerapkan strategi yang fokus pada profitability.

Meskipun menghadapi berbagai tantangan global, Chatib tetap optimis terhadap proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia yang diperkirakan berada di kisaran 5% pada tahun 2024. Optimisme ini didukung oleh ketahanan ekonomi Indonesia yang cukup kuat.

Kepala Eksekutif Pengawas Lembaga Pembiayaan, Perusahaan Modal Ventura, Lembaga Keuangan Mikro, dan Lembaga Jasa Keuangan Lainnya OJK, Agusman, juga menyoroti pentingnya mengubah konotasi negatif yang sering melekat pada fintech P2P lending di masyarakat.

Meski sering disamakan dengan pinjaman online (pinjol), kenyataannya, industri fintech P2P lending telah memberikan kontribusi signifikan dalam mendukung perekonomian, khususnya bagi mereka yang akses ke pembiayaan masih terbatas.

Agusman menambahkan bahwa fintech P2P lending telah menunjukkan pertumbuhan tahunan sebesar 26%, menjadikannya salah satu institusi keuangan dengan pertumbuhan tertinggi di Indonesia. Dengan rasio NPL yang terjaga di angka 2,7%, Agusman yakin bahwa industri ini memiliki prospek jangka panjang yang cerah berkat kerja keras ekosistemnya.

Baca Juga

Semua Berita