komparase.com

Simpanan Korporasi Melonjak, Perusahaan Tahan Ekspansi Bisnis?

Rabu, 26 Juni 2024 | 15:00 WIB
Pegawai Penyimpanan Uang BI (foto: Tirto.id)
Pegawai Penyimpanan Uang BI (foto: Tirto.id)

Pada Mei 2024, simpanan nasabah korporasi menunjukkan peningkatan signifikan. Berdasarkan laporan Analisis Uang Beredar yang diterbitkan oleh Bank Indonesia (BI), penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK) mencapai Rp8.427,8 triliun, tumbuh 8,5% secara tahunan (year-on-year/yoy).

Angka ini lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan DPK pada April 2024 yang hanya 8,1% yoy. BI dalam laporannya yang dirilis pada Jumat (21/6/2024) menyebutkan bahwa pertumbuhan DPK dipengaruhi oleh lonjakan simpanan dari nasabah korporasi yang mencapai 20,2% yoy. Pertumbuhan ini lebih tinggi dibandingkan April 2024 yang sebesar 15,3%.

Namun, di sisi lain, DPK dari nasabah perorangan justru mengalami perlambatan. Pada Mei 2024, DPK perorangan hanya tumbuh 1,9% yoy, turun dari 2,2% yoy pada April 2024.

Selain itu, laporan yang sama juga mengungkapkan bahwa penyaluran kredit kepada debitur korporasi mengalami penurunan pertumbuhan. Pertumbuhan kredit korporasi tercatat sebesar 15,9% yoy pada Mei 2024, turun dibandingkan bulan sebelumnya yang mencapai 17%. Fenomena serupa terjadi pada kredit perorangan yang hanya tumbuh 6,5% pada Mei 2024, lebih rendah dari pertumbuhan 7,2% pada April 2024.

Secara umum, penyaluran kredit oleh perbankan pada Mei 2024 mengalami perlambatan. Total kredit yang disalurkan tercatat sebesar Rp7.311,7 triliun, atau tumbuh 11,4% yoy, dibandingkan bulan sebelumnya yang tumbuh 12,3% yoy. 

Gonjang-ganjing Ekonomi Global, Bisnis Tahan Ekspansi?

Dilansir dari Bisnis.com pada Selasa (25/06/2024), Senior Vice President Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI), Trioksa Siahaan, menilai peningkatan simpanan korporasi ini menandakan bahwa perusahaan cenderung menahan ekspansi.

“Dampak dari kondisi ini, beban bunga yang dibayar bank bisa menjadi beban, terutama dengan perlambatan kredit korporasi,” ujarnya. Trioksa juga menambahkan bahwa tren perlambatan kinerja kredit ini kemungkinan akan terus berlangsung hingga akhir tahun 2024, yang disebabkan oleh kondisi geopolitik, suku bunga yang tinggi, serta kondisi ekonomi dan daya beli masyarakat yang belum sepenuhnya pulih. “Isu lain bagi perbankan adalah terkait likuiditas yang perlu dijaga agar tetap stabil,” tambahnya.

Sejalan dengan pandangan Trioksa, Peneliti Center of Macroeconomics and Finance Indef, Abdul Manap Pulungan, juga mengamati bahwa pertumbuhan kredit di segmen korporasi belum optimal. Hal ini disebabkan oleh masih tingginya simpanan giro korporasi di perbankan.

“Giro ini menjadi dana titipan korporasi ketika mereka ingin melakukan bisnis. Giro ini masih tinggi di atas total pertumbuhan DPK, artinya belum ada ekspansi yang cukup signifikan di sektor korporasi,” ujarnya. Abdul mencatat bahwa per Mei 2024, pertumbuhan giro korporasi mencapai 18,9%, naik dari bulan sebelumnya yang sebesar 15,8%, sementara total DPK hanya tumbuh 8,5% pada periode yang sama. “Jadi, masih banyak dana korporasi yang menumpuk di perbankan,” tuturnya.

Secara keseluruhan, laporan Bank Indonesia menunjukkan adanya ketidakselarasan antara peningkatan simpanan korporasi dan perlambatan penyaluran kredit. Meskipun penghimpunan DPK tumbuh signifikan, terutama dari nasabah korporasi, tetapi penyaluran kredit mengalami penurunan, baik di segmen korporasi maupun perorangan.

Para ahli menilai kondisi ini mengindikasikan perusahaan cenderung menahan ekspansi dan lebih memilih menyimpan dana mereka di bank, yang pada gilirannya dapat menambah beban bunga bagi perbankan.

Di sisi lain, situasi ini juga mencerminkan kehati-hatian sektor korporasi dalam menghadapi ketidakpastian ekonomi. Perusahaan lebih memilih untuk menunda ekspansi dan menjaga likuiditas mereka dalam bentuk simpanan di bank.

Kebijakan moneter yang ketat dan faktor eksternal seperti ketidakpastian geopolitik turut mempengaruhi keputusan ini. Akibatnya, perbankan harus lebih inovatif dalam menyalurkan kredit dan memastikan likuiditas tetap terjaga untuk mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.

Lihat Juga Gadget Ri

Topik

Komentar

Berita

Telah Dipilih

Silahkan Pilih yang Lain.

x

Belum memiliki akun? Daftar di Sini