2024-06-23 03:06:47
Ilustrasi Perbankan (foto: Unsplash)Pertumbuhan kredit yang disalurkan oleh perbankan Indonesia pada bulan Mei 2024 menunjukkan perlambatan dibandingkan dengan bulan sebelumnya. Data dari Bank Indonesia (BI) mengungkapkan bahwa penyaluran kredit mencapai Rp7.311,7 triliun, dengan pertumbuhan tahunan sebesar 11,4%, sedikit lebih rendah dibandingkan dengan angka 12,3% yang tercatat pada bulan sebelumnya.
Secara spesifik, peningkatan penyaluran kredit pada bulan Mei ini didorong oleh sektor korporasi yang tumbuh sebesar 15,9% secara tahunan, serta kredit perorangan yang naik 6,5%. Adapun jenis penggunaan kredit juga menunjukkan pertumbuhan yang signifikan, terutama pada kredit modal kerja, kredit investasi, dan kredit konsumsi.
Kredit modal kerja, misalnya, mencatat pertumbuhan 10,8% dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Sektor-sektor seperti perdagangan, hotel dan restoran, serta sektor keuangan, real estat, dan jasa perusahaan menjadi penyumbang utama dalam pertumbuhan ini. Di sisi lain, kredit investasi tumbuh sebesar 13,8%, dipimpin oleh sektor industri pengolahan dan listrik, gas, serta air bersih.
Sementara itu, kredit konsumsi juga menunjukkan pertumbuhan yang stabil, dengan kenaikan sebesar 10,1% pada bulan Mei 2024. Sektor ini didorong oleh kredit pemilikan rumah (KPR), kredit kendaraan bermotor (KKB), dan kredit multiguna.
Tren perlambatan ini diprediksi akan berlanjut hingga akhir tahun, seperti yang diungkapkan oleh Senior Vice President dari Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI), Trioksa Siahaan.
Faktor-faktor seperti kondisi geopolitik, suku bunga, serta kondisi ekonomi global dan domestik turut mempengaruhi kinerja kredit. Menurutnya, penting bagi perbankan untuk menjaga likuiditas agar tetap stabil dalam menghadapi tantangan ini.
Di sisi lain, prospek pertumbuhan kredit pada tahun 2024 tetap positif menurut proyeksi dari PT Bank Central Asia Tbk. (BCA). Dilansir dari Bisnis.com pada Minggu (23/6/2024), Hera F. Haryn, EVP Corporate Communication and Social Responsibility BCA, menyatakan bahwa bank menargetkan pertumbuhan kredit sebesar 9-10% tahun ini. Strategi mereka tetap berfokus pada sektor-sektor yang potensial, dengan mempertimbangkan kondisi ekonomi baik domestik maupun global.
Bank Mandiri (Persero) Tbk. (BMRI) juga mengemukakan pandangan serupa. Ricky Andriano, VP Corporate Communication Bank Mandiri, mengungkapkan bahwa bank menargetkan pertumbuhan kredit konsolidasi sekitar 13-15% tahun ini.
Mereka akan terus menguatkan kompetensi inti di segmen wholesale serta meningkatkan pertumbuhan segmen retail dengan pendekatan berbasis ekosistem. Fokus utama mereka adalah pada sektor-sektor unggulan seperti perkebunan, industri makanan & minuman, serta energi & air di Indonesia.
Kedua bank ini menegaskan komitmennya untuk menjaga prinsip kehati-hatian dalam penyaluran kredit, dengan penerapan manajemen risiko yang disiplin. Hal ini penting dalam menghadapi ketidakpastian ekonomi global yang masih berlangsung.
Secara keseluruhan, meskipun terjadi perlambatan dalam pertumbuhan kredit pada bulan Mei 2024, prospek ke depannya tetap menunjukkan optimisme yang diimbangi dengan kehati-hatian dalam strategi penyaluran kredit oleh lembaga keuangan utama di Indonesia.
Perkembangan ini juga menjadi cerminan dari dinamika ekonomi dan keuangan yang terus berubah, yang tetap harus diawasi dan direspons dengan bijak oleh semua pemangku kepentingan ekonomi.
Dalam menghadapi tantangan dan peluang di masa mendatang, perbankan Indonesia perlu terus memperkuat kapasitasnya dalam mengelola risiko dan likuiditas. Faktor eksternal seperti perubahan suku bunga global dan dinamika geopolitik akan terus mempengaruhi kondisi dalam negeri.
Oleh karena itu, keberlanjutan dalam pertumbuhan kredit perlu disertai dengan strategi yang cerdas dalam diversifikasi portofolio dan penguatan infrastruktur keuangan. Upaya untuk memperluas akses keuangan di berbagai sektor ekonomi dan memanfaatkan teknologi dalam layanan perbankan juga menjadi kunci dalam memperkuat daya saing industri perbankan nasional di tengah arus globalisasi yang semakin kompleks.