2024-06-20 01:04:08
BRI Finance (foto: BUMN Track)Sejumlah perusahaan pembiayaan atau multifinance menerapkan berbagai strategi jitu untuk menekan angka kredit bermasalah atau non-performing financing (NPF) agar tidak membengkak.
Beberapa perusahaan tersebut di antaranya adalah PT Wahana Ottomitra Multiartha Tbk (WOM Finance), CIMB Niaga Auto Finance (CNAF), dan PT BRI Multifinance Indonesia (BRI Finance).
Dilansir dari Kontan pada Kamis (20/6/2024), Direktur Keuangan WOM Finance, Cincin Lisa, mengungkapkan bahwa salah satu strategi yang diterapkan perusahaan untuk menekan tingkat NPF adalah melakukan ekspansi bisnis secara selektif dengan menerapkan prinsip kehati-hatian dalam menetapkan kebijakan pasar dan kriteria risiko calon debitur.
"Selain itu, fokus pada penanganan early overdue dalam proses penagihan, serta terus melakukan pelatihan secara berkesinambungan terhadap tenaga pelatihan yang dimiliki perusahaan untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi," ujarnya pada Jumat (14/6/2024).
Cincin menjelaskan bahwa NPF perusahaan tercatat sebesar 2,1% pada Maret 2024. Ia menyebut bahwa tingkat NPF per April 2024 berhasil terjaga dengan baik, seiring dengan terjaganya kualitas portofolio yang dimiliki. Ia juga menambahkan bahwa tingkat NPF perusahaan per April 2024 masih berada di bawah NPF industri yang sebesar 2,82%.
Di sisi lain, CIMB Niaga Auto Finance (CNAF) juga menjalankan berbagai strategi untuk menekan tingkat NPF. Presiden Direktur CIMB Niaga Auto Finance, Ristiawan Suherman, menyampaikan bahwa salah satu strategi yang diterapkan adalah mempertahankan underwriting customer secara prudent.
Selain itu, Ristiawan menambahkan bahwa CNAF juga menggunakan berbagai macam tools, baik internal maupun eksternal, untuk menganalisis nasabah. Beberapa tools yang digunakan berbasis digital sehingga bisa meningkatkan efisiensi seleksi.
"CNAF juga terbantu dengan adanya Sistem Layanan Informasi Keuangan (SLIK), sehingga sangat berpengaruh bagi perusahaan dalam melakukan assessment yang sangat prudent sebelum realisasi kredit," ungkapnya.
Ristiawan menyatakan bahwa berbagai strategi atau upaya yang dilakukan oleh CNAF menjadikan NPF perusahaan masih jauh di bawah rata-rata industri. Adapun CNAF mencatat NPF per Mei 2024 sebesar 1,33%, atau menurun dibandingkan dengan per Mei 2023 yang sebesar 1,46%.
Sementara itu, PT BRI Multifinance Indonesia (BRI Finance) juga menerapkan sejumlah strategi untuk menekan tingkat NPF agar tidak membengkak. Direktur Manajemen Risiko BRI Finance, Ari Prayuwana, menyebut bahwa pihaknya menargetkan bisa menjaga rasio NPF di bawah 2% hingga akhir 2024.
Untuk mencapai target tersebut, Ari menerangkan bahwa salah satu strategi yang diterapkan adalah strategi preventif, yaitu melalui penyaluran pembiayaan secara selektif dengan menetapkan kriteria calon debitur untuk mendapatkan disbursement yang berkualitas dan meningkatkan akurasi analisis pembiayaan.
"Ditambah dengan menerapkan strategi kuratif, yaitu melalui penguatan manajemen utang piutang, seperti penguatan collection. Dengan demikian, penanganan account dapat dilakukan dengan lebih cepat dan meningkatkan kualitas portofolio pembiayaan," ujarnya.
Ari juga menyampaikan bahwa BRI Finance mencatatkan tingkat NPF berada di level 1,68% per April 2024, meningkat 0,02% dari bulan sebelumnya. Meskipun demikian, Ari melaporkan bahwa per Mei 2024, BRI Finance berhasil mencatat perbaikan NPF menjadi sebesar 1,66%, atau menurun 0,02% dari bulan sebelumnya.
Dengan berbagai strategi yang diterapkan oleh masing-masing perusahaan pembiayaan ini, diharapkan angka NPF dapat terus ditekan sehingga kualitas portofolio pembiayaan tetap terjaga dan risiko kredit bermasalah bisa diminimalisir.
Perusahaan-perusahaan ini menunjukkan bahwa dengan kebijakan yang tepat dan penerapan prinsip kehati-hatian, stabilitas finansial perusahaan dapat dipertahankan meskipun dalam situasi ekonomi yang menantang.