Harga Saham Bank-Bank Besar Tertekan, OJK Angkat Bicara

2024-06-19 03:21:23

News Image Foto Saham IHSG (foto: Sumeks Radio)

Kinerja harga saham beberapa bank besar seperti PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA), PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BBRI), PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. (BBNI), dan PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. (BMRI) mengalami tren pelemahan dalam beberapa waktu terakhir. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pun memberikan tanggapan terkait situasi ini.

Berdasarkan data RTI Business, harga saham BMRI turun 2,13% ke level Rp5.750 pada penutupan perdagangan pekan lalu, Jumat (14/6/2024). Dalam periode satu pekan, harga saham BMRI mengalami penurunan sebesar 8,37%. Secara year-to-date (ytd), harga saham BMRI juga mencatatkan penurunan sebesar 4,96%.

Kemudian, harga saham BBNI juga menunjukkan tren penurunan dengan mengalami koreksi sebesar 3,79% ke level Rp4.310. Selama sepekan, harga saham BBNI terkoreksi sebesar 8,3% dan sepanjang tahun berjalan, harga saham BBNI turun hingga 19,81%.

Nasib serupa dialami oleh harga saham BBRI yang turun 3,02% ke level Rp4.180. Dalam sepekan, harga saham BBRI turun 3,91%. Sementara itu, secara ytd, harga saham BBRI tercatat turun sebesar 26,99%.

Sementara itu, harga saham BBCA stagnan di level Rp9.200. Meski demikian, dalam periode sepekan, harga saham BBCA mengalami penurunan sebesar 1,34%. Secara year to date, harga saham BBCA juga turun sebesar 2,13%.

OJK: Fundamental Masih Kuat, Kredit Terus Tumbuh

Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK, Dian Ediana Rae, menyatakan bahwa pergerakan harga saham adalah dinamika pasar yang dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti permintaan dan penawaran, kondisi makro ekonomi, serta pengaruh situasi global. “Pergerakan harga saham di bursa dapat terjadi pada berbagai sektor usaha, termasuk sektor keuangan,” ujarnya dalam keterangan tertulis yang dirilis pekan lalu, Minggu (16/6/2024).

Dian menganggap kondisi ini sebagai hal yang wajar dan sesuai dengan mekanisme pasar yang berlaku. Ia juga menyebut bahwa kondisi fundamental perbankan pada April 2024 tetap kuat, tangguh, dan stabil.

Hal ini tercermin dari pertumbuhan kredit yang tercatat sebesar 13,09% year-on-year (yoy) menjadi Rp7.311 triliun, dengan pertumbuhan kredit pada Kelompok Bank Modal Inti (KBMI) IV mencapai 15,75% menjadi Rp3.807 triliun.

“Pertumbuhan kredit ini didukung oleh kemampuan likuiditas bank yang relatif terjaga dengan rasio-rasio likuiditas yang jauh di atas ketentuan,” tambah Dian. Pertumbuhan kredit tersebut sejalan dengan target pertumbuhan tahun 2024, di mana target kredit KBMI IV untuk tahun 2024 adalah sebesar Rp3.983 triliun atau tumbuh 8,5% yoy, dengan target laba sebesar Rp177,75 triliun.

Selain kuatnya fundamental perbankan, Dian juga menyampaikan bahwa pertumbuhan kredit tersebut melanjutkan tren pertumbuhan kredit dari periode sebelumnya dan menunjukkan dukungan serta komitmen perbankan yang tinggi dalam mendukung pertumbuhan ekonomi Indonesia.

Secara keseluruhan, kondisi perbankan nasional tetap menunjukkan kekuatan dan ketahanan yang baik meskipun ada tekanan pada harga saham bank-bank besar. Likuiditas yang terjaga dengan baik dan pertumbuhan kredit yang positif menjadi indikasi bahwa sektor perbankan masih memiliki fundamental yang kuat.

Dukungan dari OJK dan komitmen bank-bank besar dalam menjaga stabilitas ekonomi nasional juga menjadi faktor penting dalam menghadapi tantangan pasar.

Pergerakan harga saham yang fluktuatif adalah bagian dari dinamika pasar yang harus dihadapi oleh setiap sektor, termasuk sektor perbankan. Meskipun demikian, dengan kondisi fundamental yang kuat dan strategi yang tepat, bank-bank besar di Indonesia diharapkan dapat terus tumbuh dan memberikan kontribusi positif bagi perekonomian nasional. 

OJK tetap memantau perkembangan ini dengan seksama dan akan terus memberikan dukungan yang diperlukan untuk menjaga stabilitas dan kesehatan sektor perbankan di Indonesia.

Baca Juga

Semua Berita