2024-06-03 02:11:56
Kantor BTPN Tutup (foto: OGENews)Jumlah mesin ATM dan kantor bank di Indonesia yang telah ditutup secara berurutan mencapai 12.227 dan 6.819 dalam lima tahun terakhir. Penutupan ini menjadi bagian dari strategi efisiensi perbankan seiring dengan pesatnya digitalisasi.
Berdasarkan data Surveillance Perbankan Indonesia dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) yang dikutip Senin (3/6/2024), jumlah ATM, CDM, dan CRM di Indonesia pada akhir 2023 mencapai 91.412 unit, menyusut 2.604 unit dari akhir 2022 yang sebanyak 94.016 unit. Dalam lima tahun terakhir, penurunan mencapai 12.227 unit dari 103.639 unit pada akhir 2019.
Selain penutupan ATM, ribuan kantor bank juga mengalami penutupan. Menurut data Statistik Perbankan Indonesia yang dirilis OJK, jumlah kantor bank di Indonesia pada Februari 2024 mencapai 24.268 unit, berkurang 794 kantor dalam setahun. Dalam lima tahun terakhir, jumlah kantor bank turun 6.819 unit. Jumlah kantor cabang bank mencapai 3.423 unit, turun 33 kantor dalam setahun dan 186 unit dalam lima tahun terakhir.
Dilansir dari Bisnis.com pada Senin (3/6/2024), Ekonom Poltak Hotradero menjelaskan bahwa keberadaan ATM sering menjadi beban bagi perbankan karena meningkatkan rasio biaya operasional terhadap pendapatan operasional (BOPO). Rasio BOPO yang tinggi menunjukkan ketidakefisienan bank dalam operasionalnya.
Penurunan jumlah ATM menjadi kecenderungan global karena biaya pemeliharaan, asuransi, dan sewa yang mahal. Di China, penurunan ATM mencapai 150.000 hingga 200.000 unit per tahun. Ke depan, pembayaran digital semakin disukai karena biaya penanganan uang tunai yang mahal.
Poltak juga menambahkan bahwa penggunaan uang tunai akan berkurang seiring dengan meningkatnya transaksi digital, yang didukung oleh bank sentral dunia. Transaksi menggunakan QRIS yang semakin masif akan mengurangi relevansi penggunaan ATM. Data Bank Indonesia menunjukkan bahwa nominal transaksi pembayaran menggunakan kartu ATM atau debit turun 12,49% year-on-year (yoy) pada April 2024, mencapai Rp619,19 triliun.
Sebaliknya, nominal transaksi digital banking seperti QRIS mencapai Rp5.340,92 triliun, tumbuh 19,08% yoy. Transaksi uang elektronik meningkat 33,99% yoy menjadi Rp90,44 triliun, dan nominal transaksi QRIS hampir tiga kali lipat atau 194,06% yoy dengan jumlah pengguna mencapai 48,90 juta dan merchant 31,86 juta. Selain itu, transaksi BI-FAST tumbuh 56,70% yoy menjadi Rp612,90 triliun pada April 2024.
Senior Vice President Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI) Trioksa Siahaan mengatakan bahwa penurunan jumlah kantor bank menunjukkan bahwa keberadaan kantor cabang semakin tidak menguntungkan. Beban pengelolaan cabang tidak sebanding dengan pendapatan yang diperoleh.
Digitalisasi sistem perbankan memberikan fleksibilitas kepada masyarakat untuk melakukan aktivitas keuangan tanpa harus datang ke kantor cabang, sehingga tren penurunan jumlah kantor bank diperkirakan akan terus berlanjut.
Di PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BBRI), terjadi penurunan jumlah ATM dan kantor. Jaringan ATM BRI turun 1.600 unit, dari 13.852 unit pada kuartal I/2023 menjadi 12.252 unit pada kuartal I/2024. Jumlah kantor BRI menyusut 273 unit, dari 8.028 kantor pada Maret 2023 menjadi 7.755 kantor pada Maret 2024.
Direktur Retail Funding and Distribution BRI, Andrijanto, menyatakan bahwa perubahan perilaku nasabah yang terbiasa dengan layanan digital perbankan menyebabkan penurunan ini. Masyarakat semakin terbiasa bertransaksi melalui layanan digital.
PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. (BMRI) juga mencatatkan penurunan jumlah ATM sebanyak 131 unit secara tahunan, menjadi 12.910 unit pada kuartal I/2024 dibanding periode yang sama tahun lalu yang sebanyak 13.041 unit. Jumlah kantor Bank Mandiri juga turun sebanyak 106 unit, dari 2.348 kantor menjadi 2.242 kantor.
Penutupan ATM dan kantor bank merupakan bagian dari adaptasi perbankan terhadap digitalisasi yang terus berkembang, demi efisiensi dan penyesuaian terhadap kebutuhan nasabah yang bertransisi.