2024-05-21 02:42:09
Ilustrasi Student Loan (foto: Clair)Sejumlah bank besar di Indonesia, seperti PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA), PT Bank Syariah Indonesia Tbk. (BRIS), dan PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. (BBNI), merespons dorongan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) untuk membuka produk pinjaman mahasiswa (student loan) dengan bunga lebih rendah.
Dorongan ini muncul di tengah peningkatan signifikan uang kuliah tunggal (UKT) di beberapa perguruan tinggi negeri (PTN), yang menjadi sorotan akibat aksi protes dari kalangan mahasiswa.
Dilansir oleh Bisnis.com pada Selasa (21/05/2024), Presiden Direktur BCA Jahja Setiaatmadja menyatakan kesediaan pihaknya untuk menjajaki skema pinjaman mahasiswa setelah adanya instruksi dari regulator. BCA akan memulai dengan proyek percontohan. "Kami akan pelajari program student loan, dengan mengetahui siapa calon debiturnya dan apa kebutuhannya.
Intinya akan ada daftar hal yang harus diperhatikan untuk student loan," ujarnya kepada media di Jakarta, Senin (20/5/2024). Jahja menambahkan bahwa risiko pinjaman tergantung pada kualitas debitur, termasuk asal universitas dan tahapan pendidikan mahasiswa tersebut. Jika mahasiswa terpaksa putus sekolah sebelum lulus, risiko pinjaman meningkat.
Senada dengan Jahja, Direktur Utama BSI Hery Gunardi juga melihat potensi student loan sebagai bagian dari pembiayaan perbankan. "Saat memasuki pembiayaan, kita harus mempelajari target market dan kapasitas pembayaran. Pembiayaan harus logisnya bisa kembali," ujarnya. Selama ini, BSI lebih banyak memberikan beasiswa dalam bentuk bantuan atau hibah sebagai bagian dari program tanggung jawab sosial perusahaan (CSR).
BNI menjadi bank yang lebih dulu menawarkan produk student loan, meskipun saat ini program tersebut sedang dalam tahap re-evaluasi. Direktur Human Capital and Compliance BNI Mucharom menyatakan bahwa program ini perlu direvisi dan diformulasikan ulang. "Dulu kami memberikan pinjaman kepada mahasiswa, namun seiring waktu, program ini perlu di-review lagi," ujarnya.
BNI mengantisipasi risiko dengan membuat panduan, termasuk penilaian universitas dan riwayat kerjasama dengan institusi pendidikan. Direktur Utama BNI Royke Tumilaar menambahkan bahwa BNI tengah mempersiapkan program student loan yang sesuai untuk mahasiswa Indonesia.
Program ini didasari kerja sama dengan lima kampus sebagai proyek percontohan, yakni Institut Teknologi Bandung (ITB), Universitas Gadjah Mada (UGM), Universitas Indonesia (UI), Institut Pertanian Bogor (IPB), dan Universitas Airlangga (Unair).
Pengamat perbankan dan praktisi sistem pembayaran Arianto Muditomo menilai dorongan OJK untuk produk student loan dipicu oleh kasus mahasiswa terjebak pinjaman online (pinjol) dan kerjasama beberapa kampus dengan pinjol.
Menurutnya, student loan bisa menjadi peluang bisnis yang menjanjikan bagi bank, membantu mengakuisisi nasabah potensial masa depan, memperluas jangkauan nasabah, meningkatkan pendapatan, dan membangun citra positif sebagai lembaga yang peduli pendidikan. Namun, ia juga menyebut risiko kredit macet dari pelajar, biaya operasional, dan minimnya pengalaman mengelola kredit pelajar sebagai tantangan.
"Ketidakpastian regulasi terkait student loan bisa menghambat minat bank untuk terjun ke bisnis ini," ujarnya kepada Bisnis.com. Arianto menekankan perlunya pengawasan ketat dari OJK untuk mencegah praktik tidak sehat terkait student loan, serta regulator harus menyusun skema yang tepat, membangun infrastruktur pendukung, dan meningkatkan literasi keuangan para pelajar.
Dengan adanya dukungan dari regulator dan kesiapan dari perbankan, diharapkan program pinjaman mahasiswa ini dapat menjadi solusi atas tingginya biaya pendidikan dan membantu lebih banyak mahasiswa dalam menyelesaikan pendidikan mereka tanpa terjerat masalah finansial.