2024-04-17 04:06:04
Gedung Bank Danamon (foto: Kompas Money)Pada awal April 2024, sejumlah direksi dari PT Bank Danamon Indonesia Tbk. (BDMN) melakukan pembelian besar-besaran atas saham perusahaan mereka sendiri dengan total nilai transaksi mencapai Rp3,52 miliar. Pembelian ini terjadi pada tanggal 1 April 2024 dengan harga per saham sebesar Rp3.017. Pembelian ini adalah bagian dari program Deferred Share Material Risk Taker (MRT) yang disyaratkan oleh POJK Nomor 45/POJK.03/2015 mengenai tata kelola pemberian remunerasi di bank-bank umum. Para direksi memperoleh saham tersebut secara langsung, meningkatkan jumlah kepemilikan saham pribadi mereka di bank.
Salah satu pembeli terbesar adalah Wakil Direktur Utama Honggo Widjojo Kangmasto yang mengakuisisi 333.500 saham, dengan nilai transaksi mencapai Rp1 miliar, yang meningkatkan jumlah sahamnya menjadi 1,18 juta saham dari sebelumnya 854.500 saham. Sementara itu, Wakil Direktur Utama Hafid Hadeli membeli 255.700 saham dengan total nilai Rp771,45 juta. Direktur lainnya, seperti Herry Hykmanto, Rita Mirasari, dan Dadi Budiana juga melakukan pembelian besar, dengan jumlah saham yang dibeli masing-masing adalah 117.300, 70.100, dan 178.200.
Transaksi ini juga melibatkan Direktur Muljono Tjandra dan Thomas Sudarma yang masing-masing membeli 95.300 dan 116.600 saham. Investasi mereka masing-masing bernilai Rp287,52 juta dan Rp351,78 juta. Namun, harga saham BDMN setelah libur Lebaran 2024 mengalami penurunan. Pada tanggal 16 April 2024, harga saham tersebut anjlok sebesar 1,79% ke level Rp2.740.
Menurut Maximilianus Nico Demus, Associate Director of Research and Investment dari Pilarmas Investindo Sekuritas, penurunan kinerja harga saham perbankan ini dipengaruhi oleh beberapa sentimen global, seperti kenaikan data nonfarm payrolls di AS, penurunan tingkat pengangguran di sana, serta kenaikan inflasi. Faktor lain yang mempengaruhi adalah penundaan penurunan suku bunga oleh The Fed dan meningkatnya ketegangan geopolitik antara Iran dan Israel. Eskalasi perang yang berpotensi meningkat dinilai menghamburkan proyeksi pemulihan ekonomi global. Meskipun terdapat tekanan jangka pendek, ia tetap optimis terhadap prospek saham perbankan dalam jangka panjang.