Kos-kosan atau Rumah? Pilihan Hunian Pasangan di Jabodetabek

2024-11-22 03:56:49

News Image Kos-kosan. Sumber foto: ajaib.co.id

Dalam dinamika hunian urban Jabodetabek, pilihan tempat tinggal bagi pasangan kian beragam. Salah satu opsi yang semakin populer adalah co-living, atau kos-kosan modern berbasis sewa. Berdasarkan riset terbaru oleh Cove, perusahaan teknologi properti (proptech), dan Populix, 1 dari 5 pasangan di Jabodetabek kini memilih tinggal di co-living sebagai solusi hunian sementara.

Penelitian ini dilakukan pada Januari 2024 terhadap 207 responden berusia 18-45 tahun yang tinggal di hunian sewa dengan biaya minimal Rp3 juta per bulan. Data menunjukkan bahwa co-living menjadi alternatif hunian yang diminati pasangan, terutama mereka yang berada dalam rentang usia 21-40 tahun.

Co-Living vs Hunian Permanen

Keputusan pasangan untuk memilih co-living sering kali didasarkan pada alasan ekonomi. Menurut hasil riset, 50 persen pasangan memilih menyewa karena kondisi finansial mereka belum memungkinkan untuk membeli rumah permanen. Mayoritas pasangan ini berencana tinggal di co-living selama 5 hingga 10 tahun sebelum akhirnya membeli rumah.

Dian Paskalis, Country Director of Growth dan Regional VP of Online Marketing Cove, menjelaskan bahwa co-living menjadi solusi hunian sementara bagi pasangan urban.

“Berkeluarga membuat hunian menjadi prioritas penting, tetapi kepemilikan rumah membutuhkan proses panjang dan komitmen besar. Dari seluruh kamar Cove yang dihuni oleh dua orang, 70 persen di antaranya ditempati oleh pasangan,” ujar Dian, dikutip dari Kompas.com.

Riset menunjukkan bahwa pasangan di Jabodetabek yang memilih co-living umumnya berasal dari segmen menengah ke atas. Mereka mengalokasikan anggaran sebesar Rp3 juta hingga Rp4 juta per bulan untuk menyewa hunian ini.

Kondisi Bangunan

Selain faktor ekonomi, kondisi bangunan dan interior hunian menjadi pertimbangan utama dalam memilih co-living. Sebanyak 37,5 persen pasangan mengutamakan kondisi bangunan yang baik untuk memastikan kenyamanan tempat tinggal mereka.

Tidak hanya itu, estetika kamar dan fasilitas tambahan seperti perabot modern, kulkas, serta TV juga menjadi nilai tambah. Banyak pasangan bersedia membayar lebih mahal untuk mendapatkan hunian dengan desain modern yang siap pakai. Hal ini mencerminkan gaya hidup urban yang mengutamakan kenyamanan dan efisiensi.

Lokasi untuk Mobilitas

Lokasi adalah faktor kunci lain yang memengaruhi keputusan pasangan dalam memilih co-living. Riset menemukan bahwa pasangan lebih memilih hunian yang:

  • - Dekat dengan tempat kerja dan transportasi umum.
  • - Berlokasi strategis untuk akses ke tempat hangout.
  • - Memiliki lingkungan yang aman dan minim kemacetan.

Selain itu, area komunal di co-living juga menjadi daya tarik tersendiri. Pasangan kerap memanfaatkan ruang bersama, seperti area outdoor, untuk bersantai, bekerja, atau memasak bersama.

“Riset kami semakin mempertegas betapa vitalnya komunitas dalam hidup pasangan, baik di luar maupun sekitar tempat tinggal,” tutup Dian, dikutip dari Kompas.com.

Co-Living vs Alternatif Hunian Lain

Ketika dibandingkan dengan hunian permanen seperti rumah atau apartemen, co-living menawarkan beberapa keunggulan:

  1. 1. Biaya Lebih Terjangkau, Biaya sewa co-living lebih rendah dibandingkan cicilan rumah atau apartemen.
  2. 2. Fasilitas Siap Pakai,Banyak co-living menawarkan perabot lengkap yang menghemat biaya tambahan.
  3. 3. Fleksibilitas Tinggi, Pasangan tidak terikat pada komitmen jangka panjang seperti cicilan KPR.

Baca Juga

Nabila

Nabila

Writer

Semua Berita