2024-08-25 12:01:14
Aplikasi Livin' Mandiri yang Menampilkan Layanan Livin' Paylater (foto: Infobanknews)Pada paruh pertama tahun 2024, bisnis kartu kredit di sektor perbankan menunjukkan performa yang kuat, meskipun menghadapi persaingan dari layanan buy now, pay later (BNPL) atau yang dikenal sebagai paylater, yang juga banyak dikembangkan oleh bank.
Berdasarkan Statistik Sistem Pembayaran dan Infrastruktur Pasar Keuangan (SPIP) Bank Indonesia (BI) hingga Juni 2024, nilai transaksi kartu kredit mengalami peningkatan sebesar 4,18% secara tahunan (YoY) menjadi Rp35,08 triliun, dari sebelumnya Rp33,67 triliun pada periode yang sama tahun lalu.
Selain itu, volume transaksi kartu kredit juga meningkat 16,33% (YoY) menjadi 37,07 juta transaksi dibandingkan dengan 31,87 juta transaksi pada tahun sebelumnya. Sementara itu, jumlah kartu kredit yang beredar hingga Juni 2024 mencapai 18 juta unit, naik dari 17,59 juta unit pada Juni 2023.
Peningkatan ini menunjukkan bahwa bisnis kartu kredit tetap tumbuh meski dihadapkan pada persaingan ketat dengan produk keuangan inovatif seperti paylater. Wakil Direktur Utama PT Bank Mega Tbk. (MEGA), Diza Larentie, menyatakan keyakinannya bahwa bisnis kartu kredit akan terus berkembang hingga akhir tahun.
Dia menjelaskan bahwa kartu kredit semakin diminati seiring dengan meningkatnya tren perjalanan pascapandemi, khususnya dalam aktivitas travelling. "Segmen tertinggi adalah yang terkait dengan perjalanan, karena saat pandemi, sektor ini sangat terdampak.
Setelah pandemi, justru [travelling] menjadi pendorong utama transaksi kartu kredit, terutama dari sisi volume, karena besarnya nilai transaksi," sebagaimana dilansir dari Bisnis.com pada Minggu (25/8/2024).
Diza juga menegaskan bahwa bisnis kartu kredit tidak akan tergeser oleh paylater, mengingat kedua produk tersebut menyasar segmen yang berbeda. Ia menilai bahwa suku bunga kartu kredit yang ditetapkan per tahun lebih murah dibandingkan paylater.
Untuk kartu kredit Bank Mega, suku bunga sebesar 21% per tahun. "Jika konsumen melakukan perhitungan, mereka akan lebih memilih menggunakan kartu kredit dengan bunga yang lebih rendah dibandingkan paylater. Saat ini, kami belum berencana untuk masuk ke bisnis paylater. Tingkat NPL kami terjaga di level 2%," kata Diza.
Bank Mega menargetkan pertumbuhan pengguna kartu kredit sebesar 10% hingga akhir 2024, dengan jumlah pengguna saat ini mencapai 1,2 juta. Bank Mega juga terus berinovasi dalam mempermudah pembayaran melalui berbagai metode, termasuk teknologi Tap to Pay yang baru-baru ini diperkenalkan bekerja sama dengan Visa Worldwide Indonesia. "Metode ini berbeda dari QRIS yang memerlukan scan, dengan Tap to Pay, cukup tap HP ke mesin EDC," jelasnya.
Di sisi lain, PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. (BBNI) mencatat pertumbuhan bisnis kartu kredit sekitar 10% YoY dalam hal outstanding hingga semester I/2024, didorong oleh pertumbuhan nilai transaksi kartu sebesar 6% YoY.
General Manager Divisi Bisnis Kartu BNI, Grace Situmeang, menyatakan bahwa untuk meningkatkan nilai transaksi, BNI fokus pada transaksi dengan high ticket size, seperti yang terkait dengan perjalanan, serta memperkuat kerjasama dengan merchant strategis di tingkat nasional dan regional.
BNI juga terus mengoptimalkan fitur seperti transaksi installment, BNI reward point, dan loan on phone. "BNI kartu kredit melalui Wondr by BNI terus mengembangkan fitur dan memudahkan transaksi bagi nasabah, mulai dari pengajuan kartu kredit, transaksi, installment, dan kemudahan lainnya," ungkapnya pada Jumat (23/8/2024).
Sementara itu, PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. (BMRI) juga melaporkan pertumbuhan transaksi kartu kredit sebesar 24% YoY hingga Juni 2024, dengan total dua juta kartu kredit yang beredar di masyarakat.
SVP Credit Cards Group Bank Mandiri menyatakan bahwa pihaknya optimis transaksi kartu kredit akan terus tumbuh secara signifikan dengan optimalisasi fitur digital di Beyond SuperApp Livin’ by Mandiri.
"Kami memberikan kemudahan bagi nasabah untuk langsung mengajukan kartu kredit serta melakukan transaksi online menggunakan virtual credit card, belanja menggunakan QRIS, pengambilan dana tunai, atau transaksi di e-commerce," jelasnya pada Jumat (23/8/2024).
Dari kelompok bank swasta besar seperti PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA), tercatat jumlah kartu kredit BCA yang beredar pada semester I/2024 mencapai 4,55 juta unit. EVP Corporate Communication and Social Responsibility BCA, Hera F. Haryn, mengungkapkan bahwa nilai transaksi kartu kredit BCA tumbuh 15% YoY menjadi Rp58 triliun, didukung oleh pemulihan aktivitas ekonomi masyarakat, khususnya di sektor pariwisata.
"Sektor lain yang mendukung pertumbuhan transaksi kartu kredit adalah hiburan serta F&B. Saat ini, suku bunga kartu kredit BCA berada di level 1,75% untuk transaksi pembayaran dan penarikan tunai," ujarnya pada Jumat (23/8/2024).
Hera juga menyatakan bahwa BCA optimis bisnis personal loan, termasuk kartu kredit, akan terus tumbuh ke depannya, dengan konsistensi dalam memberikan nilai tambah kepada nasabah melalui berbagai promo menarik di berbagai segmen.
Presiden Direktur BCA, Jahja Setiaatmadja, menegaskan bahwa paylater tidak dimaksudkan untuk bersaing langsung dengan kartu kredit, melainkan sebagai produk pelengkap untuk memenuhi kebutuhan konsumen yang belum memenuhi syarat untuk mendapatkan kartu kredit.
"Paylater dirancang untuk memenuhi kebutuhan konsumen yang mengalami keterbatasan cashflow pada saat tertentu, namun belum memenuhi syarat untuk mendapatkan kartu kredit. Jadi, produk ini saling melengkapi," ujarnya.