Tamansari Yogyakarta: Keajaiban Arsitektur Tanpa Semen dan Besi

2024-07-24 13:27:04

News Image tamansari yogyakarta (foto: travel kompas)

Tamansari, sebuah destinasi wisata bersejarah di Yogyakarta, tetap berdiri kokoh meskipun telah berusia ratusan tahun dan dibangun tanpa menggunakan semen atau besi.

Awalnya, Tamansari merupakan bagian dari kebun istana Keraton Yogyakarta yang dibangun secara bertahap oleh Sri Sultan Hamengku Buwono I antara tahun 1758 hingga 1765. Kompleks ini mencakup lebih dari 10 hektar dengan berbagai bangunan seperti kolam pemandian, jembatan gantung, kanal air, danau buatan, serta masjid.

Menurut laman detikProperti.com, Tamansari juga dikenal sebagai Water Kasteel karena elemen-elemen air yang melingkupinya. Gapura Panggung menjadi pintu masuk utama ke area kolam pemandian, dengan hiasan dua ekor naga di sisi-sisinya.

Bambang, seorang pemandu wisata, menjelaskan bahwa bangunan-bangunan di Tamansari dibangun menggunakan bahan bernama bligon, yang terdiri dari kapur putih, bata merah, pasir, serta campuran putih telur dan gula aren untuk memperkuat struktur. Konstruksi ini tidak melibatkan semen atau besi, hal yang jarang pada masa itu.

Meskipun didesain oleh seorang arsitek Portugis yang ditemukan di pantai Parangtritis, Tamansari dikerjakan oleh tenaga lokal dari Surabaya, Yogyakarta, Madiun, hingga Solo. Rancangan Tamansari mencerminkan pengaruh dari budaya Islam, China, dan Portugis, dengan Demang Tegis, arsitek Portugis, bertanggung jawab atas perencanaan seluas 10 hektar ini.

Tempat paling diminati oleh pengunjung, baik domestik maupun mancanegara, adalah Umbul Binangun, di mana terdapat tiga kolam pemandian: Umbul Pamuncar untuk selir-selir raja, Umbul Kawitan untuk anak-anak raja, dan Umbul Panguras untuk pribadi raja. Setiap kolam dilengkapi dengan ruang ganti pakaian, dan Umbul Panguras juga dilengkapi dengan ruang sauna tradisional.

Di sekitar Umbul Binangun, terdapat Gedong Ledoksari yang digunakan sebagai tempat peristirahatan raja setelah mandi. Di tempat ini, pengunjung dapat melihat Gebyok, aliran air untuk mendinginkan ruangan, serta tempat tidur tradisional dengan alas mendong.

Selain Umbul Binangun, ada Sumur Gumuling yang dulunya adalah masjid dengan terowongan bawah air untuk mencapainya, dan Pulo Kenanga yang merupakan pulau buatan dengan Gedhong Kenanga di atasnya. Terdapat juga Pulo Panembung yang berisi Gedhong Panembung tempat Sultan bermeditasi.

Meskipun Tamansari mengalami kerusakan parah akibat gempa besar pada 1867 dan gempa tektonik pada 2006, upaya pemugaran dan revitalisasi telah dilakukan untuk mempertahankan keindahan dan keaslian sejarahnya.

Baca Juga

Semua Berita