Restrukturisasi Kredit Covid-19 Diperpanjang, Segini Kredit Macet Bank Jumbo Cs

2024-06-30 23:58:31

News Image Loket Bank BCA Semarang (foto: Tribun Jateng)

Bank-bank besar di Indonesia kini bersiap menghadapi potensi kenaikan rasio kredit bermasalah (nonperforming loan/NPL) di tengah wacana perpanjangan stimulus restrukturisasi kredit Covid-19 yang diusulkan oleh pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) hingga 2025 kepada Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Meskipun demikian, optimisme bahwa kredit macet akan tetap terkendali muncul sebelum adanya usulan perpanjangan stimulus ini.

Dilansir dari Bisnis.com pada Senin (1/7/2024), Direktur Utama Bank Mandiri (BMRI), Darmawan Junaidi, mengungkapkan bahwa pihaknya masih menunggu kelanjutan dari wacana tersebut. Berdasarkan laporan perusahaan, kredit restrukturisasi Covid-19 Bank Mandiri yang tersisa sebesar Rp22,3 triliun atau 1,56% dari total kredit per Maret 2024.

Seiring dengan menurunnya angka restrukturisasi, Bank Mandiri menilai tidak ada penurunan kualitas portofolio kredit yang signifikan sehingga tidak memerlukan peningkatan pencadangan kerugian.

“Saat ini rasio NPL kami berada pada level rendah sekitar 1%,” ujarnya pada Selasa (25/6/2024). Pada kuartal I/2024, NPL gross Bank Mandiri berada di level 1,02%, turun 68 basis poin (bps) dari periode yang sama tahun sebelumnya yang sebesar 1,70%. Sementara itu, NPL net berada di level 0,33% dari sebelumnya 0,26%.

Secara terpisah, VP Corporate Communication Bank Mandiri, Ricky Andriano, menyatakan bahwa pencapaian kualitas kredit yang baik mencerminkan pengelolaan risiko kredit yang efektif. “Bank Mandiri secara aktif menjaga diversifikasi portofolio sesuai dengan risk appetite yang telah ditetapkan,” katanya. Ricky menambahkan bahwa Bank Mandiri mengembangkan berbagai alat risiko kredit dalam setiap proses kredit.

Misalnya, pemilihan debitur melalui target market industri yang prospektif dan customer yang terpilih menggunakan Loan Portfolio Guideline dan Process Clearance. Selain itu, Bank Mandiri memantau performa portofolio kredit melalui early warning signal (EWS) dan watchlist tools untuk mendeteksi potensi pemburukan kualitas debitur dan menyusun strategi serta rencana tindakan untuk mitigasi risiko.

Bank Mandiri juga rutin melakukan rebalancing portofolio untuk menjaga komposisi kredit tetap didominasi sektor-sektor dengan risiko relatif rendah. Ricky menambahkan bahwa Bank Mandiri secara rutin melakukan stress test untuk menilai dampak pemburukan variabel makroekonomi, termasuk kenaikan suku bunga, dan hasilnya menunjukkan bahwa tidak ada dampak signifikan terhadap kualitas kredit Bank Mandiri.

Tanggapan BCA, BNI, dan BRI

Presiden Direktur PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA), Jahja Setiaatmadja, mengatakan bahwa meskipun restrukturisasi Covid-19 dicabut, risiko NPL akan selalu ada. Namun, menurutnya, loan at risk (LAR) di Indonesia cenderung menurun, dan relaksasi yang dilakukan OJK sangat membantu.

“Risiko kredit tidak akan meningkat drastis jika dilakukan dengan baik dan dimonitor,” ujarnya beberapa waktu lalu. EVP Corporate Communication and Social Responsibility BCA, Hera F. Haryn, menambahkan bahwa biaya pencadangan akan senantiasa direview sejalan dengan perkembangan kualitas aset dan kondisi perekonomian Indonesia.

“Pertumbuhan kredit BCA diikuti oleh kualitas pinjaman yang terkendali, seiring dengan portofolio kredit yang direstrukturisasi berangsur kembali ke pembayaran normal,” ujarnya pada pekan lalu (21/6/2024). NPL BCA naik tipis menjadi 1,9% pada kuartal I/2024 dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 1,8%.

Sementara itu, rasio LAR BCA turun menjadi 6,6% pada kuartal I/2024 dibandingkan dengan 9,8% pada periode yang sama tahun lalu. Pada Maret 2024, total restrukturisasi yang tercatat di BCA mencapai Rp16,8 triliun, turun 58,1% dari periode yang sama tahun lalu sebesar Rp40,1 triliun.

PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BBRI) mencatatkan NPL gross sebesar 3,27% pada kuartal I/2024, naik dari sebelumnya 3,02%. NPL net berada di level 1% dari sebelumnya 0,82%. Pada Maret 2024, total outstanding restrukturisasi Covid-19 di BRI mencapai Rp41,5 triliun, turun dari Rp54,5 triliun pada periode yang sama tahun lalu.

Sementara itu, PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. (BBNI) mencatat NPL gross mengalami perbaikan menjadi 2,04% dari sebelumnya 2,77%, dan NPL net berada di level 0,66% dari sebelumnya 0,53%. Pada Maret 2024, nilai kredit restrukturisasi di BNI tercatat sebesar Rp39,7 triliun, turun dari Rp57,3 triliun pada periode yang sama tahun lalu.

Berdasarkan laporan OJK, rasio NPL gross perbankan per April 2024 mencapai 2,33%, naik dari 2,25% pada Maret 2024. Namun, secara tahunan, NPL gross mengalami penurunan 20 bps dari 2,53% menjadi 2,33%. Sebaliknya, NPL net naik dari 0,78% menjadi 0,81%. Kebijakan stimulus yang diberlakukan pemerintah sejak Maret 2020 berakhir pada 31 Maret 2024.

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto, menyatakan bahwa perpanjangan kebijakan restrukturisasi kredit ini bertujuan untuk mengurangi beban perbankan dalam mencadangkan kerugian akibat kenaikan kredit bermasalah. Pada April 2024, sisa kredit yang direstrukturisasi mencapai Rp207,40 triliun, menurun dari Rp228,03 triliun pada bulan sebelumnya, dan turun dari Rp386,03 triliun secara tahunan.

Baca Juga

Semua Berita