Gonjang-ganjing Saham BSI (BRIS) Setelah Muhammadiyah Tarik Dana, Ini Kata Pengamat

2024-06-18 02:13:30

News Image Loket BSI Kudus (foto: Marketeers)

Harga saham PT Bank Syariah Indonesia (Persero) Tbk. (BRIS) atau BSI terus berada di zona hijau sepanjang tahun berjalan walaupun terjadi pengalihan dana simpanan dan pembiayaan oleh PP Muhammadiyah.

Berdasarkan data RTI Business, harga saham BRIS mengalami kenaikan sebesar 4,59% dalam sepekan perdagangan terakhir dan ditutup di level Rp2.280 pada Jumat (14/6/2024). Namun, dalam sebulan terakhir, harga saham BSI turun sebesar 10,24%.

Meski demikian, sepanjang tahun berjalan, harga saham BRIS masih mencatatkan kenaikan sebesar 31,03% year to date (ytd). Saham BRIS juga mencatatkan nilai beli asing atau net foreign buy sebesar Rp22,77 miliar dalam sepekan terakhir, tepatnya sejak 10 Juni 2024 hingga 14 Juni 2024.

Sepanjang tahun berjalan, BRIS mencatatkan net foreign buy sebesar Rp960,79 miliar. Belakangan ini, beredar surat dari PP Muhammadiyah mengenai konsolidasi keuangan di lingkungan Amal Usaha Muhammadiyah (AUM) bertanggal 30 Mei 2024.

Dalam surat tersebut, terdapat permintaan untuk merasionalisasi dana simpanan dan pembiayaan di BSI ke bank syariah lain, seperti PT Bank KB Bukopin Syariah, PT Bank Mega Syariah, PT Bank Muamalat Indonesia Tbk., dan lainnya.

Muhammadiyah juga sudah mulai mengalihkan dananya dari BSI mengikuti instruksi dari surat edaran tersebut. Pengurus Wilayah Muhammadiyah (PWM) Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) misalnya, mulai memindahkan dana AUM secara bertahap. PWM Jawa Barat juga menggelar rapat pleno terkait tindak lanjut dari instruksi PP Muhammadiyah untuk memindahkan dana dari BSI ke bank syariah lain.

Senior Investment Information Mirae Asset Sekuritas Nafan Aji Gusta menilai penarikan dana oleh Muhammadiyah tidak memberikan pengaruh sentimen yang besar pada kinerja harga saham bank. Sebab, kondisi likuiditas BSI masih bisa dipertahankan dengan baik.

Dilansir dari Bisnis.com pada Selasa (18/6/2024), Direktur Utama BSI Hery Gunardi juga menegaskan bahwa kondisi likuiditas di BSI saat ini dalam keadaan aman. "Likuiditas kami ample," ujar Hery dalam acara konferensi pers BSI Internasional Expo beberapa waktu lalu (14/6/2024).

Mengacu pada kinerja simpanan dan penyaluran pembiayaan pada Mei 2024, likuiditas bank dilihat dari rasio pembiayaan terhadap simpanan (financing to deposit ratio/FDR) BSI berada di level 86,8%. Kondisi FDR bank ini masih berada dalam tingkatan yang ideal menurut Bank Indonesia (BI).

Selain itu, BSI telah meraup simpanan nasabah atau dana pihak ketiga (DPK) sebesar Rp291,86 triliun hingga Mei 2024, tumbuh 11,33% secara tahunan (year-on-year/yoy). BSI juga telah menyalurkan pembiayaan sebesar Rp253,36 triliun pada Mei 2024, meningkat 17,11% yoy.

Pengamat: Alih Dana Muhammadiyah Tak Berdampak Signifikan

Sementara itu, Pengamat Perbankan dan Praktisi Sistem Pembayaran Arianto Muditomo mengatakan bahwa dalam jangka pendek, pengalihan dana dari BSI oleh Muhammadiyah akan berdampak pada kinerja bank.

Namun, dampak yang akan dirasakan tidak terlalu signifikan. Ia juga menambahkan bahwa krisis likuiditas akibat penarikan dana di bank hanya oleh satu institusi belum pernah terjadi. Krisis likuiditas biasanya terjadi akibat penarikan dana oleh multi nasabah.

Meski begitu, BSI tetap harus melakukan manajemen risiko likuiditasnya dengan baik. "Bila penarikan dana besar oleh nasabah akan menimbulkan risiko likuiditas, maka pelunasan seketika debitur besar pun akan memengaruhi profitabilitas bank," ujar Arianto.

Secara keseluruhan, meskipun terjadi gonjang-ganjing pengalihan dana oleh Muhammadiyah, kinerja harga saham PT Bank Syariah Indonesia (Persero) Tbk. (BRIS) tetap stabil dan menunjukkan peningkatan signifikan sepanjang tahun berjalan. Likuiditas bank yang tetap terjaga menjadi faktor kunci dalam mempertahankan stabilitas ini, meski tantangan dari sisi pengalihan dana tetap ada.

Baca Juga

Semua Berita