2024-06-09 03:32:36
Gedung BSI (foto: Infobanknews)Muhammadiyah telah membuat keputusan penting terkait pengalihan dana simpanannya dari PT Bank Syariah Indonesia Tbk. (BSI) ke bank lain. Keputusan ini diatur dalam surat resmi dari Pimpinan Pusat Muhammadiyah yang ditujukan kepada seluruh lembaga amal usaha Muhammadiyah pada tanggal 30 Mei 2024.
Dilansir dari Bisnis.com pada Minggu (9/6/2024), langkah ini merupakan bagian dari konsolidasi keuangan dalam lingkup Amal Usaha Muhammadiyah (AUM), yang meliputi berbagai lembaga seperti Majelis Pendidikan Tinggi dan Pengembangan PP Muhammadiyah, Majelis Pembinaan Kesehatan Umum PP Muhammadiyah, hingga Badan Usaha Milik Muhammadiyah di seluruh Indonesia.
Meskipun besaran dana yang dialihkan belum diungkap secara pasti, diperkirakan tidak mencapai angka Rp13 triliun. Surat tersebut menekankan pentingnya melakukan rasionalisasi dana simpanan dan pembiayaan di BSI dengan memindahkan ke bank syariah lain yang telah bekerja sama dengan baik dengan Muhammadiyah, seperti Bank Syariah Bukopin, Bank Mega Syariah, Bank Muamalat, serta bank-bank syariah daerah.
Namun, hingga saat ini, manajemen Bank Mega Syariah, KB Bank Syariah, dan Bank Muamalat belum memberikan keterangan lebih lanjut terkait keputusan Muhammadiyah ini. Berdasarkan informasi yang tersedia, kinerja bank-bank yang disebut dalam surat Muhammadiyah menunjukkan variasi. KB Bank Syariah mencatat pertumbuhan laba yang tinggi, sementara laba Bank Mega Syariah dan Bank Muamalat mengalami kontraksi.
Data per Maret 2024 menunjukkan bahwa industri perbankan syariah secara keseluruhan mencatat total aset sebesar Rp870,22 triliun, dengan pertumbuhan tahunan sebesar 9,66%, yang turut berkontribusi pada pangsa pasar sebesar 7,33%. Pergerakan dana simpanan dan pembiayaan dari BSI ke bank syariah lainnya menjadi langkah strategis dalam mengoptimalkan pengelolaan keuangan Muhammadiyah sekaligus mendukung perkembangan industri perbankan syariah di Indonesia.
PT Bank Muamalat Indonesia Tbk. mencatatkan laba bersih sebesar Rp2,78 miliar pada kuartal pertama tahun 2024, mengalami penurunan drastis sebesar 72,7% dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya yang sebesar Rp10,23 miliar. Menurut laporan keuangannya, terjadi penurunan pendapatan setelah distribusi bagi hasil sebesar 13,62% menjadi Rp49,39 miliar pada kuartal tersebut, dibandingkan dengan Rp57,17 miliar pada kuartal yang sama tahun sebelumnya.
Meskipun pendapatan dari penyaluran dana tumbuh sebesar 18,53% menjadi Rp526,58 miliar pada kuartal tersebut, namun pertumbuhan ini belum mampu mengimbangi bagi hasil untuk pemilik dana investasi yang mencapai Rp477,16 miliar pada kuartal tersebut, naik sebesar 23,29% secara tahunan.
Selain itu, pendapatan nonbunga, seperti pendapatan berbasis komisi, juga mengalami penurunan signifikan sebesar 48,57% menjadi Rp130,06 miliar dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya yang sebesar Rp252,89 miliar.
Di samping itu, beban tenaga kerja juga meningkat menjadi Rp156,21 miliar, naik sebesar 5,66% dari sebelumnya Rp147,85 miliar, sehingga laba operasional tergerus menjadi Rp9,89 miliar dari sebelumnya Rp25,49 miliar. Setelah dipotong pajak penghasilan, Bank Muamalat membukukan laba bersih senilai Rp2,78 miliar pada kuartal pertama tahun 2024.
Dari sisi intermediasi, Bank Muamalat menyalurkan pembiayaan sebesar Rp21,38 triliun, naik sebesar 10,21% dari periode sebelumnya yang sebesar Rp19,4 triliun. Aset bank juga mengalami peningkatan sebesar 5,42% menjadi Rp64,93 triliun per Maret 2024. Seiring dengan peningkatan pembiayaan, rasio pembiayaan bermasalah (NPF) gross dan NPF net membaik menjadi 2,22% dan 1,17% secara berturut-turut.
Bank Muamalat juga mencatatkan pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK), terutama dana murah (CASA), yang menjadi penopang utama dengan pertumbuhan sebesar 11,7% secara tahunan.
Dana murah ini, khususnya giro, meningkat sebesar 39,4% secara tahunan. Menurut Direktur Utama Bank Muamalat Indra Falatehan, pertumbuhan DPK ini mencerminkan tingkat kepercayaan nasabah kepada bank, seiring dengan strategi perseroan dalam menawarkan layanan pengelolaan keuangan berbasis internet atau cash management system (CMS) kepada nasabah.
PT Bank KB Bukopin Syariah atau KB Bank Syariah mencatatkan laba bersih sebesar Rp7,34 miliar pada kuartal pertama tahun 2024, mengalami pertumbuhan sebesar 131,99% dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya yang sebesar Rp3,16 miliar.
Menurut laporan keuangan KB Bank, pendapatan setelah distribusi bagi hasil mencapai Rp56,93 miliar, meningkat sebesar 14,41% dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya yang sebesar Rp49,76 miliar. Laba tersebut didorong oleh pertumbuhan pendapatan lainnya yang signifikan, meningkat hingga 5.932,25% menjadi Rp16,65 miliar per Maret 2024 dari sebelumnya Rp276 juta per Maret 2023.
Dari sisi intermediasi, KB Bank Syariah mencatat pertumbuhan pembiayaan sebesar 7,66% menjadi Rp5,67 triliun dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya yang sebesar Rp5,27 triliun. Sebagai hasilnya, asetnya juga meningkat sebesar 12,25% menjadi Rp7,7 triliun dari sebelumnya Rp6,86 triliun.
Selaras dengan pertumbuhan pembiayaan, rasio pembiayaan bermasalah juga mengalami perbaikan. Nonperforming financing (NPF) gross turun menjadi 4,23%, mengalami penurunan sebesar 54 basis poin (bps) dari sebelumnya 4,77%. Selain itu, NPF net juga mengalami penurunan sebesar 53 bps menjadi 3,21% dari sebelumnya 3,74%.
Dari segi pendanaan, KB Bank Syariah berhasil mengumpulkan dana pihak ketiga (DPK) sebesar Rp5,99 triliun, meningkat sebesar 10,95% dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya yang sebesar Rp5,4 triliun.
PT Bank Mega Syariah (BMS) mencatat laba bersih sebesar Rp50,06 miliar pada kuartal pertama tahun ini, atau kuartal I/2024, mengalami penurunan sebesar 35,98% secara tahunan dibandingkan dengan laba bersih pada periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp78,2 miliar.
Penurunan laba bank ini dipengaruhi oleh penurunan pendapatan setelah distribusi bagi hasil sebesar 19,13% secara tahunan menjadi Rp159,05 miliar pada kuartal I/2024. Bank Mega Syariah juga mencatat penurunan pendapatan berbasis komisi atau fee based income sebesar 21,83% secara tahunan menjadi Rp10,14 miliar.
Dari sisi intermediasi, Bank Mega Syariah telah menyalurkan pembiayaan sebesar Rp7 triliun pada kuartal I/2024, mengalami penurunan sebesar 1,14%. Aset bank juga mengalami penurunan sebesar 10,54% secara tahunan menjadi Rp15,38 triliun. Meskipun begitu, Bank Mega Syariah berhasil menjaga kualitas asetnya dengan baik. Rasio pembiayaan bermasalah (nonperforming financing/NPF) gross turun dari 1,07% pada Maret 2023 menjadi 0,92% pada Maret 2024. Sementara itu, NPF net juga turun dari 0,82% menjadi 0,76%.
Bank Mega Syariah juga berhasil mengumpulkan dana pihak ketiga (DPK) sebesar Rp9,98 triliun pada tiga bulan pertama tahun 2024, mengalami penurunan sebesar 28,94% secara tahunan.