2024-08-12 00:31:56
Loket Bank BCA Semarang (foto: Tribun Jateng)Permintaan kredit di sektor perbankan diproyeksikan tumbuh hingga mencapai 10,79% pada akhir tahun 2024, meskipun terjadi pengetatan likuiditas.
Prediksi ini berasal dari Permata Institute for Economic Research (PIER), yang memperkirakan bahwa pertumbuhan kredit secara tahunan (year-on-year/yoy) akan lebih tinggi dibandingkan dengan capaian pada akhir tahun 2023 yang hanya mencapai 10,38% yoy.
Dilansir dari Bisnis.com pada Senin (12/8/2024), Josua Pardede, Kepala Ekonom PT Bank Permata Tbk. (BNLI), menjelaskan bahwa meskipun terdapat indikasi bahwa kondisi likuiditas pada tahun 2024 lebih ketat dibandingkan dengan tahun 2022 saat pandemi, permintaan kredit masih tetap menunjukkan perkembangan yang cukup baik, terutama pada beberapa segmen korporasi.
Josua menambahkan bahwa pertumbuhan permintaan kredit di beberapa sektor tertentu, seperti proyek strategis nasional pemerintah dan hilirisasi bahan dasar dari pemerintah, masih menunjukkan peningkatan yang signifikan.
Menurutnya, sektor-sektor tersebut masih memiliki pertumbuhan yang cukup baik, didorong oleh kebutuhan akan pendanaan untuk mendukung proyek-proyek besar dan inisiatif hilirisasi yang sedang dilakukan oleh pemerintah.
Selain itu, Josua juga menyoroti prospek penjualan otomotif di tahun 2024, khususnya untuk kendaraan roda empat. Ia memproyeksikan bahwa penjualan mobil akan mengalami penurunan, dengan angka penjualan diperkirakan hanya mencapai 898.463 unit, atau turun 10,7% dari tahun 2023 yang mencatatkan penjualan hingga satu juta unit.
Meskipun demikian, Josua optimistis bahwa kondisi ini akan membaik pada tahun mendatang, seiring dengan adanya kemungkinan penurunan suku bunga yang diharapkan terjadi pada tahun ini.
Penurunan suku bunga tersebut, menurut Josua, akan memberikan ruang bagi peningkatan pengeluaran atau belanja oleh masyarakat, yang pada gilirannya diharapkan dapat mengakselerasi aktivitas ekonomi, khususnya dalam hal penciptaan lapangan usaha dan sektor-sektor strategis lainnya.
Josua juga melihat peluang bagi Bank Indonesia untuk memangkas suku bunga acuan atau BI Rate sebesar 50 basis poin (bps) pada akhir tahun 2024.
Langkah ini sejalan dengan rencana Bank Indonesia yang mempertimbangkan penurunan suku bunga acuan pada kuartal IV/2024, meskipun bank sentral tersebut belum menetapkan besaran poin yang akan dipangkas.
Saat ini, suku bunga acuan BI Rate berada pada level 6,25%. Dengan proyeksi tersebut, diperkirakan pada akhir tahun 2024 suku bunga Bank Indonesia akan berada pada level 5,75%.
Josua menjelaskan bahwa terdapat peluang bagi Bank Indonesia untuk menurunkan suku bunga sebesar 50 basis poin pada tahun 2024. Ke depan, ia memproyeksikan bahwa Bank Indonesia akan terus melanjutkan tren penurunan suku bunga, dengan potensi pemangkasan sebesar 75 basis poin pada tahun 2025. Namun, penurunan suku bunga di tahun 2026 diperkirakan tidak akan sebesar penurunan yang terjadi pada tahun 2025.
Secara keseluruhan, meskipun kondisi likuiditas lebih ketat, prospek pertumbuhan kredit di sektor perbankan pada tahun 2024 tetap optimis, terutama didorong oleh proyek-proyek strategis dan inisiatif hilirisasi pemerintah.
Sementara itu, penjualan otomotif mungkin mengalami penurunan, namun diperkirakan akan membaik di tahun-tahun berikutnya, didukung oleh kebijakan penurunan suku bunga yang diharapkan dapat merangsang pertumbuhan ekonomi.
Selain itu, Josua juga menekankan pentingnya dukungan kebijakan fiskal dan moneter yang sinergis untuk menjaga stabilitas ekonomi dan mendorong pertumbuhan kredit yang berkelanjutan.
Ia menyarankan agar pemerintah dan otoritas moneter terus berkoordinasi dalam menciptakan iklim investasi yang kondusif, termasuk dengan memberikan insentif bagi sektor-sektor strategis yang dapat menggerakkan perekonomian.
Dukungan ini dinilai krusial, terutama dalam menghadapi tantangan global yang semakin kompleks, seperti fluktuasi harga komoditas dan ketidakpastian ekonomi global, yang dapat mempengaruhi kinerja ekonomi domestik.
Dengan adanya kebijakan yang tepat, Josua optimis bahwa sektor perbankan akan mampu berkontribusi lebih besar terhadap pemulihan dan pertumbuhan ekonomi nasional di tahun-tahun mendatang.