Bank Indonesia Gelar RDG, Ekonom Prediksi dan Sarankan BI Rate Tetap di 6,25%

2024-07-17 00:59:13

News Image Kantor Bank Indonesia (foto: Bisnis.com)

Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat (LPEM) FEB UI menyarankan agar Bank Indonesia tetap mempertahankan suku bunga acuan atau BI Rate di level 6,25% pada Rapat Dewan Gubernur yang akan diumumkan pada Rabu (17/7/2024).

Teuku Riefky, Peneliti Makroekonomi dan Pasar Keuangan di LPEM FEB UI, mengungkapkan bahwa inflasi umum yang masih dalam target BI, peningkatan cadangan devisa, serta apresiasi nilai tukar rupiah menjadi alasan utama untuk mempertahankan suku bunga acuan tersebut.

"Dengan kondisi ini, Bank Indonesia sebaiknya mempertahankan suku bunga kebijakannya di level 6,25% bulan ini," kata Riefky dalam pernyataan tertulis pada Selasa, 16 Juli 2024.

Riefky menjelaskan bahwa inflasi umum saat ini berada pada level 2,51% year-on-year (yoy) pada Juni 2024, turun dari 2,84% yoy pada Mei 2024. Penurunan inflasi ini disebabkan oleh harga pangan yang menurun setelah musim panen dan rendahnya permintaan setelah perayaan Idul Fitri yang berakhir pada bulan April 2024.

Selain itu, The Fed saat ini bersikap lebih dovish setelah merilis data inflasi pada 11 Juli lalu. Aliran modal yang masuk ke pasar negara berkembang dan apresiasi rupiah yang signifikan selama beberapa minggu terakhir turut mendukung kondisi ini.

Saat ini, rupiah berada di kisaran Rp16.110 per dolar AS, menunjukkan kenaikan sebesar 2,23% dalam sebulan terakhir. Selain itu, cadangan devisa Indonesia juga meningkat sekitar US$1,2 miliar, dari US$138,97 miliar pada Mei menjadi US$140,18 miliar per Juni 2024.

Peningkatan cadangan devisa ini dipengaruhi oleh penerimaan pajak dan jasa serta penarikan pinjaman luar negeri pemerintah yang diperlukan untuk stabilisasi nilai tukar rupiah bulan lalu.

Meski kinerja ekonomi menunjukkan hasil positif, Riefky mengingatkan agar Bank Indonesia tetap waspada dalam merumuskan bauran kebijakan untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah dan harga domestik. Menurutnya, kondisi finansial global sangat dipengaruhi oleh persepsi investor terhadap arah kebijakan The Fed ke depannya, yang sering kali berubah-ubah.

Ketidakpastian dan Situasi Ekonomi AS Jadi Penentu

Kepala Ekonom Bank Permata, Josua, juga memperkirakan bahwa Bank Indonesia akan mempertahankan suku bunga acuan di level 6,25% bulan ini. Menurutnya, keputusan ini mempertimbangkan ketidakpastian global dan domestik yang masih berlangsung, meskipun indikator ekonomi di Amerika Serikat menunjukkan pelemahan.

Di dalam negeri, tingkat inflasi Indonesia cenderung terkendali berkat peningkatan pasokan pangan setelah musim panen raya. "Neraca perdagangan terus mencatat surplus meskipun menyempit, sehingga mendukung defisit neraca transaksi berjalan (CAD) yang masih dalam level terkendali. Faktor-faktor ini berkontribusi pada stabilitas ekonomi," kata Josua pada Selasa (16/7/2024). 

Namun, Josua juga memperingatkan tentang risiko yang muncul dari meningkatnya ketidakpastian mengenai keberlanjutan fiskal, yang dipicu oleh perbedaan pendapat mengenai utang publik dan defisit fiskal.

"Hal ini menimbulkan kekhawatiran akan terjadinya twin deficit, yaitu defisit neraca transaksi berjalan dan defisit fiskal yang meningkat. Isu-isu ini dapat memicu sentimen risk-off, yang berpotensi membatasi aliran modal masuk dan mempengaruhi stabilitas rupiah," jelasnya.

Dari sisi global, Josua menambahkan bahwa indikator ekonomi AS baru-baru ini mengonfirmasi perlambatan ekonomi, dengan sektor manufaktur dan jasa yang mengalami kontraksi, disinflasi yang terus berlanjut, dan pasar tenaga kerja yang melemah.

Ketidakpastian global juga meningkat, terutama terkait kondisi politik di Zona Euro dan AS. Perubahan kepemimpinan di Inggris dan Prancis membuat investor lebih berhati-hati dalam menilai potensi dampak dari kebijakan ekonomi baru di pasar keuangan, terutama pasar obligasi.

Josua juga menyinggung tentang upaya penembakan terhadap kandidat presiden AS Donald Trump yang telah meningkatkan peluangnya untuk memenangkan pemilu AS yang akan datang.

"Ini meningkatkan ketidakpastian pasar karena kemungkinan kebijakan yang lebih restriktif dalam perdagangan dan pemotongan pajak yang diusulkan, yang dapat meningkatkan inflasi," tambahnya.

"Secara keseluruhan, sentimen risk-off meningkat, dan permintaan terhadap aset-aset safe-haven menguat, sehingga membatasi pelemahan US Dollar Index di tengah melemahnya data ekonomi AS," kata Josua. Bank Indonesia akan mengumumkan hasil Rapat Dewan Gubernur pada Rabu, 17 Juli 2024 pukul 14.00 WIB.

Baca Juga

Semua Berita