Dari BNI, BTN, Hingga CIMB Niaga, Ini Siasat Bank Hadapi Likuiditas Ketat di Tengah Kenaikan Suku Bunga

2024-07-11 01:52:27

News Image Ilustrasi Perbankan (foto: Unsplash)

Sejak April 2024, Bank Indonesia menaikkan suku bunga acuan (BI Rate) menjadi 6,25%, meningkat 25 basis poin dari sebelumnya 6% sejak Oktober 2023. Peningkatan ini berdampak pada kondisi likuiditas perbankan.

Meski demikian, Trioksa Siahaan, Senior Vice President Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI), menegaskan bahwa meskipun likuiditas bank mengetat, situasinya masih dalam batas yang baik. "Kondisi likuiditas bank sekarang mengetat tapi masih baik," ujarnya pada Rabu (10/7/2024).

Trioksa menjelaskan bahwa kenaikan suku bunga acuan mempengaruhi pola perbankan dalam meraih pendanaan.

Bank-bank besar seperti PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. (BBNI), PT Bank CIMB Niaga Tbk. (BNGA), dan PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. (BBTN) telah menyiapkan berbagai strategi untuk mengelola likuiditas mereka selama suku bunga tetap tinggi.

Salah satu strategi utama adalah meningkatkan layanan serta memberikan stimulus untuk menarik nasabah dalam meraup dana murah (current account savings account/CASA).

Kondisi likuiditas bank dapat dilihat dari rasio loan to deposit ratio (LDR). Semakin tinggi LDR bank, semakin ketat likuiditasnya. Sebaliknya, semakin rendah LDR, semakin longgar likuiditas bank.

Berdasarkan Statistik Perbankan Indonesia, likuiditas bank umum per April 2024 mencapai 84,49%, naik 365 basis poin dari tahun lalu yang mencapai 80,84%. LDR per April 2024 untuk KBMI I berada di level 78,98%; KBMI II di level 82,83%; KBMI III di level 89,47%; dan KBMI IV di level 83,71%.

BNI: Likuiditas Krusial Untuk Penyaluran Kredit

Direktur Utama BNI, Royke Tumilaar, menekankan pentingnya likuiditas bagi perbankan untuk menyalurkan kredit. Dana pihak ketiga BNI tumbuh 4,9% per Maret 2024 menjadi Rp780 triliun, didominasi oleh CASA sebesar 69,7% dari total DPK.

Pertumbuhan DPK yang sehat ini menopang penyaluran kredit sebesar 9,6% per Maret 2024, dengan LDR BNI berada di level 89%. "Di tengah kondisi likuiditas yang cukup ketat, BNI terus berkomitmen untuk DPK khusus dana berbasis transaksi dapat dijaga tumbuh sesuai dengan market," ungkap Royke pada Rapat Dengar Pendapat (RDP) di DPR, Senin (8/7/2024).

BNI juga meluncurkan aplikasi super, wondr, untuk memperbaiki struktur pendanaan mereka. Novita Widya Anggraini, Direktur Finance BNI, mengatakan bahwa peluncuran ini menyasar nasabah ritel untuk meningkatkan average balance dan mengontrol cost of funds.

"Kita memang menyasar ke nasabah ritel, kalau nasabah ritel naik, target average balance naik dan cost of funds lebih terkontrol," ujarnya pada Jumat (5/7/2024). Melalui wondr, BNI berupaya meningkatkan porsi CASA di atas 70%, terutama CASA yang bersifat transaksi.

Pencapaian BTN

Dilansir dari Bisnis.com pada Kamis (11/7/2024), Direktur Utama BTN, Nixon LP Napitupulu, mengakui ketatnya likuiditas dan menyatakan bahwa BTN akan merevisi target kreditnya sebagai respons terhadap suku bunga yang tinggi. BTN mencatat pertumbuhan kredit dan pembiayaan sebesar 14,8% menjadi Rp344,2 triliun pada kuartal I/2024.

Sementara itu, laju simpanan nasabah atau dana pihak ketiga (DPK) hanya tumbuh 11,9%. Akibatnya, BTN memilih menahan ekspansi kredit dan menurunkan target pertumbuhan kredit ke level 10-11% hingga akhir tahun.

"Likuiditas ada, tapi mahal. Sebagian bilang ketat, tapi kami menyampaikan mahal. Jadi, kita turunkan kredit karena likuiditas yang cukup mahal. Jangan sampai kita salurkan kredit lama-lama rugi," jelas Nixon.

Suku bunga tinggi membuat bank lebih berhati-hati dalam menyalurkan kreditnya karena biaya dana (cost of fund/CoF) yang masih mahal dan belum ada kepastian penurunan suku bunga acuan. LDR BTN per Maret 2024 mencapai 96,23%, meningkat dari 93,79% pada periode yang sama tahun lalu.

Situasi CIMB Niaga dan Bank Oke

Presiden Direktur CIMB Niaga, Lani Darmawan, menyatakan bahwa likuiditas bank tetap terjaga dengan LDR sekitar 86% dan porsi CASA sekitar 65% dari total DPK. "Kami fokus konsisten di CASA untuk dana yang lebih murah," ujarnya pada Rabu (10/7/2024).

Di sisi lain, PT Bank Oke Indonesia Tbk. (DNAR) mencatat bahwa pertumbuhan DPK mereka lebih tinggi 3% dibandingkan pertumbuhan kredit yang hanya sekitar 1% hingga Juli 2024.

Direktur Kepatuhan Bank Oke, Efdinal Alamsyah, menyampaikan bahwa dalam kondisi likuiditas ketat, bank perlu memastikan ketersediaan dana yang cukup untuk memenuhi kewajiban jangka pendek dan menyiapkan alternatif sumber pendanaan darurat.

"Dari sisi kredit, bank juga harus memastikan kualitas kredit untuk menghindari risiko kredit atau membatasi pemberian kredit baru," ungkapnya. LDR Bank Oke per Maret 2024 mencapai 143,21%, meningkat dari 134,55% pada periode yang sama tahun lalu.

Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK, Dian Edina Rae, melaporkan bahwa likuiditas industri bank per Mei 2024 memadai dengan rasio Alat Likuid/Non-Core Deposit (AL/NCD) dan Alat Likuid/Dana Pihak Ketiga (AL/DPK) masing-masing sebesar 114,58% dan 25,78%, jauh di atas threshold masing-masing sebesar 50% dan 10%.

"Kondisi likuiditas perbankan nasional tergolong baik di tengah likuiditas global yang cukup ketat seiring kebijakan bank sentral AS yang masih mempertahankan higher for longer," ujarnya pada RDK Bulanan, Senin (8/7/2024).

Kredit tumbuh dobel digit sebesar 12,15% mencapai Rp7.376 triliun, sementara pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) mencapai 8,63% yoy menjadi Rp8.699 triliun, dengan giro mencatat pertumbuhan terbesar yaitu 15,53% yoy.

Baca Juga

Semua Berita