Memahami Konsep Transit Oriented Development (TOD) di Indonesia dan Dunia

Kamis, 13 Juni 2024 | 19:36 WIB

News Image Ilustrasi Perumahan

TOD atau Pengembangan Berorientasi Transit adalah konsep perencanaan perkotaan di mana stasiun transportasi umum terintegrasi dengan area hunian, perkantoran, dan komersial. Ide ini telah diadopsi di Indonesia dan sejumlah negara lainnya sebagai upaya untuk mendekatkan akses transportasi umum dengan pemukiman dan mengurangi penggunaan kendaraan pribadi.

Implementasi TOD di Indonesia

Penerapan konsep TOD telah dilakukan di beberapa kota besar di Indonesia, khususnya di sekitar Jabodetabek. PT MRT Jakarta, misalnya, telah menerapkan konsep ini di beberapa stasiun MRT mereka, termasuk dengan pembangunan gedung-gedung bertingkat yang mencakup apartemen, hotel, dan area komersial.

Sekretariat Kabinet Republik Indonesia mencatat bahwa sejak pembangunan jalur MRT dimulai pada tahun 2015, PT MRT Jakarta telah merencanakan implementasi TOD di wilayah yang padat di sekitar 12 stasiun MRT. Stasiun-stasiun seperti Lebak Bulus, Fatmawati, Cipete, Blok M, dan Dukuh Atas menjadi fokus utama dalam pengembangan TOD ini.

Saat ini, sejumlah proyek TOD MRT Jakarta telah selesai atau masih dalam proses pembangunan. Di antaranya adalah JPM Dukuh Atas tahap awal, gedung Transport Hub, dan JPM Lebak Bulus. Selain itu, masih ada proyek-proyek seperti Aspen Peak by Rumapadu di Fatmawati, Transit Plaza Karet Station di Dukuh Atas, dan Thamrin Nine Pedestrian Tunnel Fase 1 & 2 di Dukuh Atas yang masih dalam proses.

Meskipun berlokasi di sekitar stasiun MRT, sebagian besar area TOD MRT Jakarta juga terintegrasi dengan sistem transportasi umum lainnya, seperti KRL dan Transjakarta, yang memperluas jangkauan aksesibilitasnya.

TOD di Negara Lain

Konsep TOD tidak hanya diterapkan di Indonesia, tetapi juga telah menjadi bagian dari perencanaan perkotaan di berbagai negara di dunia. Brasil, sebagai contoh, telah menerapkan konsep ini sejak 1960-an sebagai respons terhadap kepadatan penduduk yang memerlukan akses mudah ke transportasi umum.

Di Asia Tenggara, Singapura telah berhasil meningkatkan aksesibilitas transportasi umum dan menyediakan hunian terjangkau, yang telah berdampak positif pada kualitas hidup masyarakatnya. Sementara itu, di Jepang dan Hong Kong, transportasi umum seperti kereta bawah tanah dan bus lebih banyak digunakan daripada kendaraan pribadi.

Bahkan Jepang telah mengadopsi konsep TOD sejak 1972, tidak hanya di Tokyo tetapi juga di kota-kota lain seperti Nagoya, Fukuoka, dan Kokura. Di Eropa, Belanda juga menerapkan konsep ini di kawasan Rotterdam, di mana area komersial, hunian, dan perkantoran terhubung dengan sistem kereta bawah tanah.