5 Strategi Bank Digital untuk Menangkal Penipuan dan Transaksi Ilegal

2024-12-05 16:07:34

News Image https://id.pinterest.com/pin/584201382949210447/

Dengan pesatnya perkembangan teknologi digital, industri perbankan semakin mengadopsi layanan berbasis aplikasi dan platform online untuk memudahkan transaksi keuangan bagi masyarakat. Bank digital, yang beroperasi sepenuhnya tanpa cabang fisik, menawarkan kenyamanan dan efisiensi, namun di sisi lain, kemudahan ini juga membuka celah bagi potensi kejahatan cyber dan transaksi ilegal. Penipuan online, peretasan akun, dan aktivitas transaksi yang mencurigakan kini menjadi tantangan besar yang harus dihadapi oleh bank digital. 

Untuk menangkal berbagai ancaman tersebut, bank digital di Indonesia telah mengembangkan berbagai strategi keamanan yang canggih. Berikut adalah lima strategi utama yang diterapkan oleh bank digital untuk melindungi nasabah mereka dari penipuan dan transaksi ilegal. 

1. Penggunaan Autentikasi Multi-Faktor (MFA) 

Salah satu langkah pertama yang diambil oleh bank digital untuk mencegah akses ilegal ke akun nasabah adalah dengan mengimplementasikan autentikasi multi-faktor (MFA). Sistem ini menambahkan lapisan keamanan tambahan dengan meminta nasabah untuk memberikan lebih dari satu bukti identitas saat login atau melakukan transaksi. 

Selain memasukkan password, nasabah biasanya akan diminta untuk memasukkan kode verifikasi yang dikirimkan melalui SMS atau email, atau menggunakan aplikasi autentikator seperti Google Authenticator. Di beberapa kasus, bank digital juga menggunakan teknologi biometrik seperti sidik jari atau pengenalan wajah untuk memastikan bahwa yang mengakses akun adalah pemilik yang sah. 

Dengan cara ini, meskipun seorang peretas berhasil mencuri password, mereka masih akan kesulitan untuk melewati proses verifikasi tambahan yang diperlukan untuk menyelesaikan transaksi. 

2. Pemantauan dan Analisis Transaksi Secara Real-Time 

Bank digital mengandalkan analitik data dan kecerdasan buatan (AI) untuk memantau transaksi nasabah secara real-time. Dengan menganalisis pola transaksi yang tidak biasa atau mencurigakan, bank dapat segera mengidentifikasi dan menghentikan aktivitas ilegal sebelum menyebabkan kerugian besar. 

Sebagai contoh, jika sistem mendeteksi transaksi yang jauh lebih besar dari transaksi sebelumnya atau aktivitas yang terjadi di luar kebiasaan (seperti transfer uang ke negara dengan risiko tinggi), maka sistem akan memberi peringatan atau bahkan menahan transaksi tersebut hingga nasabah memberikan konfirmasi lebih lanjut. Sistem ini bekerja 24/7, memberikan perlindungan lebih bagi nasabah yang menggunakan layanan bank digital. 

Selain itu, teknologi ini juga dapat mengidentifikasi pola penipuan yang mungkin tidak terlihat jelas oleh manusia, seperti pengalihan dana secara bertahap atau perubahan pola lokasi transaksi yang tidak biasa. 

3. Edukasi dan Kesadaran Keamanan bagi Nasabah 

Bank digital juga mengambil pendekatan preventif dengan meningkatkan kesadaran keamanan siber di kalangan nasabah mereka. Dengan sering memberikan edukasi terkait bahaya phishing, malware, dan penipuan online, bank membantu nasabah untuk lebih waspada dalam menjaga keamanan akun mereka. 

Misalnya, banyak bank digital yang mengirimkan pesan edukasi melalui aplikasi mobile mereka atau melalui email, yang mengingatkan nasabah untuk tidak membagikan informasi pribadi atau kode verifikasi kepada pihak yang tidak dikenal. Selain itu, bank juga memberikan informasi tentang cara-cara mengidentifikasi email atau situs web palsu yang dapat digunakan oleh penipu untuk mencuri informasi. 

Edukasi ini sangat penting mengingat banyak penipuan yang berhasil terjadi akibat kelalaian atau ketidaktahuan nasabah dalam mengenali tanda-tanda bahaya. 

4. Teknologi Enkripsi Tingkat Lanjut 

Keamanan data adalah prioritas utama bagi bank digital, terutama mengingat besarnya jumlah data pribadi dan finansial yang mereka kelola. Untuk itu, enkripsi end-to-end telah menjadi bagian dari protokol keamanan standar mereka. Enkripsi ini memastikan bahwa setiap data yang dikirimkan melalui jaringan, baik itu informasi login, transaksi, maupun data pribadi lainnya, akan diubah menjadi format yang tidak dapat dibaca tanpa kunci dekripsi yang sah. 

Bank digital menggunakan teknologi enkripsi yang sangat kuat, seperti SSL (Secure Sockets Layer) dan TLS (Transport Layer Security), yang menjamin bahwa setiap transaksi online terlindungi dari upaya peretasan atau penyadapan data oleh pihak ketiga yang tidak bertanggung jawab. 

Selain itu, teknologi blockchain juga mulai diterapkan di beberapa bank digital untuk memperkuat transparansi dan keamanan transaksi, terutama yang melibatkan pembayaran lintas negara. 

5. Kolaborasi dengan Regulator dan Penegak Hukum 

Untuk memperkuat upaya pencegahan penipuan dan transaksi ilegal, banyak bank digital yang menjalin kerja sama dengan otoritas pengawas seperti Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan Bank Indonesia (BI). Kolaborasi ini bertujuan untuk memastikan bahwa bank digital mematuhi regulasi yang berlaku dalam hal keamanan siber dan perlindungan nasabah. 

Selain itu, bank digital juga bekerja sama dengan penegak hukum untuk mengatasi kejahatan finansial yang terjadi di platform mereka. Ini termasuk berbagi informasi terkait aktivitas mencurigakan, melaporkan transaksi yang terindikasi ilegal, dan bekerja sama dalam investigasi untuk menangkap pelaku penipuan atau penggelapan. 

Sebagai contoh, jika ada indikasi transaksi yang terkait dengan pencucian uang atau pendanaan teroris, bank digital dapat dengan cepat bekerja sama dengan aparat hukum untuk menindaklanjuti kasus tersebut dan menghentikan aktivitas ilegal tersebut. 

Baca Juga

El

El

Writer

Semua Berita