2024-11-29 04:58:23
Stimulus Pemerintah Dorong Optimisme Perbankan Tingkatkan Kredit 2025. (foto: voi.id)Beberapa bank menyatakan optimisme mereka dalam mendorong pertumbuhan kredit pada tahun 2025, didukung oleh berbagai kebijakan fiskal dan stimulus yang akan diterapkan pemerintah. Salah satu kebijakan yang akan diperpanjang adalah insentif Pajak Pertambahan Nilai Ditanggung Pemerintah (PPN DTP) untuk sektor perumahan, serta rencana penundaan kenaikan PPN menjadi 12%.
Direktur Keuangan dan Strategi Bank Mandiri, Sigit Prastowo, menyambut positif kebijakan ini, yang diyakini akan membantu mempertahankan daya beli masyarakat, terutama melalui dukungan terhadap sektor properti dan kredit pemilikan rumah (KPR). Bank Mandiri berencana untuk fokus pada segmen korporasi dan UMKM dengan tetap menjaga prinsip kehati-hatian.
Meski likuiditas perbankan masih menjadi tantangan, kemampuan Bank Mandiri dalam menghimpun dana pihak ketiga (DPK) terlihat kuat, dengan pertumbuhan 14,9% secara tahunan (YoY) pada kuartal III 2024. Kredit yang disalurkan juga meningkat 20,8% YoY, didominasi oleh segmen korporasi.
Dilansir dari Kontan.co.id, optimisme serupa diungkapkan PT Bank Central Asia Tbk. (BCA), yang terus menyusun rencana bisnis 2025. Menurut EVP Corporate Communication & Social Responsibility BCA, Hera F. Haryn, BCA akan menjaga keseimbangan likuiditas dan ekspansi kredit dengan memperhatikan kebijakan pemerintah terkait perpajakan, seperti PPN DTP dan penghapusan BPHTB untuk rumah MBR.
Sementara itu, Presiden Direktur PT Bank CIMB Niaga, Lani Darmawan, menyatakan bahwa tantangan tetap ada, seperti ekspektasi biaya dana yang tinggi dan daya beli masyarakat yang belum optimal. CIMB Niaga akan memprioritaskan pertumbuhan kredit di sektor ritel dan UKM, meski target di sektor korporasi lebih rendah karena lingkungan biaya dana yang ketat.
Dari sudut pandang Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan, Dian Ediana Rae, melihat bahwa penurunan suku bunga acuan The Fed (FFR) dapat berdampak positif pada perekonomian Indonesia. Penurunan FFR yang diikuti oleh penyesuaian suku bunga Bank Indonesia dapat mengurangi biaya dana perbankan, meningkatkan profitabilitas, serta mempercepat pertumbuhan kredit. Hal ini juga diharapkan mampu mengurangi risiko gagal bayar.
Survei OJK menunjukkan bahwa mayoritas bank menilai penurunan FFR akan memberikan stimulus bagi ekonomi global dan domestik. Namun, faktor-faktor seperti hasil Pemilu AS dan dampaknya terhadap kondisi ekonomi perlu dipertimbangkan dalam penyusunan strategi perbankan ke depan.
Writer