2024-12-31 02:33:04
Penggunaan kendaraan niaga sebagai angkutan penumpang. Sumber foto: suarabekaci.idMobil pikap dan truk kerap digunakan sebagai angkutan massal di Indonesia, terutama di daerah terpencil dengan minim fasilitas transportasi. Kendaraan yang sejatinya dirancang untuk mengangkut barang yang disebut kendaraan niaga ini malah dimanfaatkan untuk mengangkut penumpang, terutama saat musim liburan Natal dan Tahun Baru (Nataru).
Penggunaan kendaraan niaga sebagai angkutan penumpang dinilai sangat berbahaya. Mobil Niaga Minim Fitur Keselamatan ASEAN NCAP (New Car Assessment Program) merupakan program pemeringkatan keselamatan mobil baru di Asia Tenggara yang bertujuan meningkatkan kesadaran konsumen dan standar keselamatan kendaraan.
Menurut Adrianto Sugiarto Wiyono, anggota Komite Teknis ASEAN NCAP, mobil niaga banyak yang tidak melalui uji tabrak karena secara desain sudah dapat diprediksi tidak memenuhi standar keselamatan yang memadai.
"Kalau kendaraan niaga banyak (yang melakukan crash test). Dan tanpa harus crash test pun kami langsung tahu bakal bintang nol," jelas Adrianto dikutip dari Kompas.com.
Ia menambahkan bahwa kebanyakan kendaraan niaga tidak memiliki bonet atau ruang tambahan di bagian depan yang berfungsi sebagai crumple zone untuk meredam energi saat terjadi benturan.
Lebih lanjut, Adrianto mengakui bahwa uji tabrak pada kendaraan niaga menimbulkan dilema tersendiri. Di satu sisi, kendaraan tanpa bonet memiliki risiko besar bagi pengemudi, tetapi menambahkan bonet akan memperluas area blind spot sehingga menambah risiko lainnya.
"Semua teknologi atau fitur keselamatan perlu dilihat dari dua sisi. Berniat menghilangkan satu hazard (bahaya), bisa jadi hazard lain yang akan bertambah atau muncul," jelas Adrianto.
Penggunaan kendaraan niaga sebagai angkutan penumpang menjadi perhatian serius, terutama saat kecelakaan melibatkan penumpang di bak belakang truk atau pikap. Apabila terjadi kecelakaan, risiko terbesar tentu ada di penumpang belakang mobil bak. Inilah yang tentu saja harus dihindari, dan menjadi alasan terkuat kenapa dilarang membawa penumpang belakang di mobil bak.
Minimnya literasi dan kesadaran tentang keselamatan menjadi faktor utama mengapa banyak masyarakat tetap menggunakan mobil niaga untuk mengangkut penumpang. Padahal, kendaraan ini tidak dilengkapi dengan fitur keselamatan seperti sabuk pengaman, airbag, atau struktur bodi yang dirancang untuk melindungi penumpang.
Adrianto menekankan pentingnya edukasi masyarakat mengenai bahaya ini. Pemerintah juga diharapkan lebih aktif dalam memberikan fasilitas transportasi yang aman dan memadai di daerah terpencil agar masyarakat tidak lagi bergantung pada kendaraan niaga sebagai angkutan massal.
Penggunaan mobil niaga untuk mengangkut penumpang, meskipun masih sering terjadi, harus dihindari demi keselamatan bersama. Dengan kesadaran yang lebih baik dan fasilitas transportasi yang memadai, diharapkan masyarakat dapat beralih ke moda transportasi yang lebih aman.
Konsumen juga diimbau untuk lebih memperhatikan faktor keselamatan saat memilih kendaraan, baik untuk pribadi maupun usaha. Keselamatan tidak boleh dikorbankan demi efisiensi, karena nyawa adalah prioritas utama dalam berkendara.
Writer