6 Jenis dan Karakteristik Baterai pada Mobil Listrik

Rabu, 1 November 2023 | 05:29 WIB

News Image Ilustrasi Baterai Mobil Listrik

Baterai menjadi komponen utama pada mobil listrik. Baterai dengan kapasitas tertentu bisa membuat kendaraan melaju hingga menempuh jarak ratusan kilometer. Saat ini, baterai yang banyak digunakan adalah lithium ion.

Bukan hanya lithium ion, baterai rupanya memiliki berbagai jenis yang bisa diterapkan pada kendaraan listrik. Apa saja? Simak ulasan selengkapnya di bawah ini!

1. Baterai Lithium -Ion (Li-Ion)

Sebelum membahas jenis baterai lain, alangkah baiknya mengenali karakter dari baterai lithium Ion yang banyak digunakan pada mobil listrik atau perangkat elektronik lainnya.

Melansir dari Nissan, baterai jenis ini memiliki efisiensi energi yang tinggi dengan performa pada suhu tinggi yang bagus. Selain itu, baterai Li-Ion juga mengisi daya lebih cepat, tahan lama, serta memiliki kepadatan daya yang tunggu. 

Baterai lithium ion juga memiliki kekuatan yang lebih lama meski dalam kemasan yang lebih ringan. Semakin kecil bobot baterai maka semakin jauh jarak yang bisa ditempuh mobil listrik dalam sekali pengisian daya penuh. 

Lithium Ion juga terbilang ramah lingkungan karena kandungan bahan pada baterai tidak berbahaya bagi manusia. Selain itu, baterai Li-Ion juga mudah untuk didaur ulang.

2. Baterai Solid-State

Baterai solid state menjadi baterai selanjutnya yang tengah digunakan untuk kendaraan listrik. Bahkan Toyota sedang mengembangkan jenis baterai ini dan bakal diterapkan pada mobil listriknya pada 2026. 

Baterai solid state merupakan baterai menghilangkan cairan berat yang hidup di dalam baterai lithium ion. Sebagai penggantinya, baterai ini menggunakan elektrolit padat seperti gelas, keramik, atau bahan padat lainnya. Secara struktur, baterai solid state hampir mirip dengan baterai lithium ion.

Baterai solid state mengeluarkan energi dan mengisi ulang dengan cara yang mirip dengan baterai lithium ion. Alasan kini kendaraan listrik menggunakan baterai ini adalah guna menghemat kapasitas karena penggunaan elektrolit padat. Baterai solid state lebih unggul dibanding dengan lithium karena ketika saat kapasitas yang sama untuk kebutuhan mobil listrik maka solid state bisa mengeluarkan kapasitas dua hingga sepuluh kali lipat lebih besar.

3. Baterai Nickel-Metal Hydride (NiMH)

Nickel-Metal Hybride bisa dibedakan dengan jelas pada bahan yang digunakan oleh baterai lithium. Jima baterai lithium terbuat dari karbon dan lithium yang sangat reaktif maka NiMH terbuat dari hidrogen, nikel dan logam lainnya (seperti titanium) untuk menyimpan energi

NiMH umumnya banyak digunakan untuk kendaraan hybrid tipe HEV (hybrid electric vehicle) di mana kendaraan tersebut tidak membutuhkan pengisian daya dari luar melainkan melalui pembakaran mesin atau saat mobil berhenti. Jadi, pengisian baterai ini bergantung pada kecepatan mesin, roda, dan pengereman regeneratif.

Kelebihan dari baterai jenis ini adalah memiliki usia pakai yang lebih lama dibandingkan baterai lithium ion. Selain itu, baterai nikel juga lebuh mudah untuk didaur ulang. Sayangnya, baterai NiMH masih tergolong mahal, tingkat self-discharge masih tinggi serta menghasilkan panas yang signifikan.

4. Baterai Lead-acid (SLA)

Baterai SLA (lead-acid) adalah baterai isi ulang tertua. Dibandingkan dengan baterai lithium ion dan NiMH, baterai ini tidak punya kapasitas persaingan yang berat dan harganya pun relatif murah dan aman digunakan.

Periode peralihan kendaraan elektrifikasi, banyak produsen otomotif atau perusahaan khusus baterai yang mengembangkan jenis baterai ini dengan kapasitas yang besar. Baterai SLA kini mulai dikembangkan untuk penggunaan mobil listrik sebagai sistem penyimpanan sekunder.

5. Baterai Ultracapacitor

Baterai ultracapacitor berbeda dengan baterai elektrokimia lainnya. Sebab, baterai ini menyimpan cairan terpolarisasi antara elektroda dan elektrolit. Dengan demikian, kapasitas penyimpanan energi akan meningkat seiring meningkatnya luas permukaan cairan.

Baterai Ultracapacitor cocok digunakan sebagai perangkat penyimpanan sekunder pada kendaraan listrik seperti halnya baterai SLA. Dengan demikian, kinerja ini membantu baterai elektrokimia meningkatkan tingkat bebannya. Baterai Ultracapacitor bisa memberikan tenaga lebih pada kendaraan listrik selama akselerasi dan pengereman regeneratif.

6. Baterai Nickel-Cadmium (Ni-Cd)

Meski sama-sama dengan bahan baku Nikel, Ni-Cd berbeda dengan Ni-Mh. Ni-Cd memiliki sejumlah keunggulan di antaranya kepadatan penyimpanan dan masa pakai sekitar 500 hingga 1.000 pemakaian untuk pengisian daya.

Namun, Ni-Cd memiliki bobot yang lebih berat sehingga rentan terhadap efek memori yakni sebuah fenomena fisik berupa penurunan kinerja baterai jika mengalami siklus 'pengosongan' sebagian. Ni-Cd justru sudah lama digunakan untuk kendaraan listrik yakni pada tahun 90-an. Sayangnya, baterai ini sudah dilarang untuk diproduksi karena kandungan cadmium yang beracun.

Indonesia telah berencana untuk membuat pabrik baterai mobil listrik sendiri. Saat ini, CATL dan LG merupakan perusahaan yang berinvestasi untuk memproduksi baterai. Pemerintah rencananya akan memproduksi baterai mobil listrik sendiri pada kuartal pertama 2024.